KisahGus Dur Miliki Ilmu Ladunni Bertemu Nabi Khidir As - Ilmu ladunni adalah ilmu yang langsung diperoleh dari Allah, bisa berupa ilham sehingga jika seseo
Jakarta - Nabi Khidir menjadi salah satu utusan Allah SWT yang kisahnya ditulis dalam Al Quran. Dituliskan, Nabi Khidir bertemu dengan Nabi Musa dan memulai petualangan yang penuh Nabi Khidir dan Nabi Musa ini diceritakan lengkap dalam Al Quran Surat Al Kahfi ayat 60-82. Ketika itu Nabi Musa diketahui tengah melakukan perjalanan jauh menuju ke arah perjalanan itu, Nabi Musa bertemu dengan seseorang yang dirahmati oleh Allah SWT. Bahkan, dalam surat Al Kahfi ayat 65, Allah SWT berfirman orang itu juga dikaruniai ilmu yang melimpah. Arab فَوَجَدَا عَبْدًا مِنْ عِبَادِنَا آتَيْنَاهُ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَعَلَّمْنَاهُ مِنْ لَدُنَّا عِلْمًاLatin fa wajadā 'abdam min 'ibādinā ātaināhu raḥmatam min 'indinā wa 'allamnāhu mil ladunnā 'ilmāArtinya Lalu mereka berdua bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan rahmat kepadanya dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan ilmu kepadanya dari sisi Musa pun bertanya kepada orang itu yang tidak lain adalah Nabi Khidir untuk menjadi muridnya. Nabi Khidir pun menjawab bila Nabi Musa tidak akan sabar قَالَ اِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيْعَ مَعِيَ صَبْرًا وَكَيْفَ تَصْبِرُ عَلٰى مَا لَمْ تُحِطْ بِهٖ خُبْرًاLatin qāla innaka lan tastaṭī'a ma'iya ṣabrā wa kaifa taṣbiru 'alā mā lam tuḥiṭ bihī khubrāDia menjawab, "Sungguh, engkau tidak akan sanggup sabar bersamaku. Dan bagaimana engkau akan dapat bersabar atas sesuatu, sedang engkau belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?"Kisah Nabi Khidir dan Nabi Musa pun dimulai. Hanya saja, Nabi Khidir meminta agar Nabi Musa tak menanyakan apa pun sampai Nabi Khidir sendiri yang pun melakukan perjalanan dengan menaiki sebuah perahu. Namun, di tengah perjalanan Nabi Khidir melubangi perahu hal itu, Nabi Musa bertanya alasan melubangi perahu. Sebab, hal itu bisa membuat penumpang di atasnya tenggelam. Nabi Khidir pun mengingatkannya bahwa Nabi Musa tidak akan tahan Nabi Khidir selanjutnya, saat ia bertemu dengan seorang anak muda dan membunuhnya. Nabi Musa pun bertanya-tanya penuh misteri alasan perbuatan mungkar Khidir pun lagi-lagi mengingatkan Nabi Musa bahwa ia tidak akan mampu bersabar ketika tengah bersamanya. Mereka pun berjalan bersama kembali hingga di sebuah mereka berdua meminta untuk dijamu oleh para penduduk tidak mau menjamu mereka. Nabi Khidir pun melihat terdapat dinding rumah yang hampir roboh dan hal itu, Nabi Musa pun mengatakan bahwa Nabi Khidir bisa meminta imbalan sebagai gantinya. Mendengar itu, Nabi Khidir pun memutuskan untuk berpisah dengan Nabi Khidir juga menjelaskan berbagai pelajaran yang terjadi selama perjalanan kepada Nabi Musa. Nabi Khidir mengatakan bahwa perahu yang ia lubangi merupakan milik orang di depannya terdapat raja yang merampas setiap perahu. Sehingga hal itu dilakukan untuk menyelamatkan perahu anak muda yang dibunuh merupakan seorang kafir. Sementara, kedua orang tuanya adalah mukmin sehingga Nabi Khidir khawatir jikalau sang anak bisa membawa orang tuanya dalam kisah Nabi Khidir, ia juga berdoa agar Allah SWT memberikan anak yang lebih baik kepada keluarga فَاَرَدْنَآ اَنْ يُّبْدِلَهُمَا رَبُّهُمَا خَيْرًا مِّنْهُ زَكٰوةً وَّاَقْرَبَ رُحْمًاLatin fa aradnā ay yubdilahumā rabbuhumā khairam min-hu zakātaw wa aqraba ruḥmāArtinya Kemudian kami menghendaki, sekiranya Tuhan mereka menggantinya dengan seorang anak lain yang lebih baik kesuciannya daripada anak itu dan lebih sayang kepada ibu bapaknya.Terakhir, Nabi Khidir menjelaskan kepada Nabi Musa perihal dinding rumah yang ia perbaiki. Menurutnya, rumah tersebut miliki dua anak yatim dan di bawahnya tersimpan harta bagi mereka merupakan orang yang soleh. Allah SWT pun menghendaki agar saat dewasa dapat mengeluarkan simpanan tersebut dalam rumah yang kisah Nabi Khidir bisa menginspirasi kita dalam berbuat kebaikan ya! pay/erd
Makaberjalanklah keduanya yaitu Nabi Musa dan Nabi Khidir. Dalam perjalanan tersebut Nabi Khidir tidak mengatakan satu patah katapun, kemudian keduanya sampai di tepi pantai dan menaiki perahu. Namun setelah menaiki perahu tiba-tiba nabi Khidir melubangi perahu tersebut. Nabi Musa menegur Nabi Khidir mengapa beliau melubangi perahu tersebut.
Kisah Web - Beberapa kisah tentang Nabi Khidir membuat banyak orang ingin berjumpa dengannya. Lalu bagaimana cara bertemu dengan Nabi Khidir ? Keberadaan Nabi Khidir memang amat misteri. Ada yang meyaknin bahwa beliau masih hidup, namun banyak juga ulama yang sepakat bahwa Nabi Khidir telah meninggal. Sebab, jika Nabi Khidir masih hidup, pasti ia membantu dakwah nyatanya tidak. Pernah ada kisah Nabi Khidir yang datang ke masjid saat rasul masih hidup, namun hadist tersebut dikatakan beberapa catatan, ada 6 petemuan Nabi Khidir dengan seseorang. Yakni; dengan Ali Zainul Abidin, Muhriz ibn Khalaf, Syekh Ibrahim al-Khawash, Imam Ahmad ibn Hanbal, Bisyr al-Hafi, dan Syekh Zakariya al-Anshari. Gambar hanya ilustrasiNamun sekali lagi, sebagian ulama mengatakan bahwa pertemuan itu hanya mengada-ada atau kufarat saja. Sebab banyak ulama berpedoman bahwa tidak ada manusia yang abadi, hingga ia bisa hidup dalam waktu yang tidak terbatas di Dengan Membaca Salawat Ismul A’dzam Keberadaan Nabi Khidir yang amat misterius membuat banyak orang yang penasaran. Berharap bisa bertemu dengan nabi khidir. Salah satu Salawat dipercaya dapat menjadi bacaan yang menjembatani pertemuan dengan Nabi Khidir. Salawat Ismul A’dzam termasuk salawat yang ditulis oleh Syaikh Yusuf bin Ismail al-Nabhani dalam kitabnya Sa’adatud Daraian fi al-Shalati ala Sayyidil Kaunain. Disebutkan bahwa di antara keutamaan salawat ini adalah bisa menjadi wasilah untuk bertemu dengan Nabi Khidir dan Ilyas. Adapun kalimat salawat Ismul A’dzam ini adalah sebagai berikut;اَللّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ بِاسْمِكَ اْلأَعْظَمِ الْمَكْتُوْبِ مِنْ نُوْرِ وَجْهِكَ اْلاَعْلَى الْمُؤَبَّدِ الدَّائِمِ الْبَاقِى الْمُخَلَّدِ فِى قَلْبِ نَبِيِّكَ وَرَسُوْلِكَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَأَسْأَلُكَ بِاسْمِكَ اْلاَعْظَمِ الْوَاحِدِ بِوَحْدَةِ اْلاَحَدِ الْمُتَعَالِى عَنْ وَحْدَةِ الْكَمِّ وَالْعَدَدِ الْمُقَدَّسِ عَنْ كُلِّ اَحَدٍ، َبِحَقِّ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ قُلْ هُوَ اللهُ اَحَدٌ، اللهُ الصَّمَدُ، لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ، وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا اَحَدٌ. اَنْ تُصَلِّىَ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ سِرِّ حَيَاةِ الْوُجُوْدِ وَالسَّبَبِ اْلاَعْظَمِ لِكُلِّ مُوْجُوْدٍ صَلاَةً تُثَبِّتُ فِى قَلْبِ اْلاِيْمَانِ وَتُحَفِّظُنِى الْقُرْآنَ وَتُفَهِّمُنِى مِنْهُ اْلآيَاتِ وَتَفْتَحْ لِى بِهَا نُوْرَ الْجَنَّاتِ وَنُوْرَ النَّعِيْمِ وَنُوْرَ النَّظَرِ اِلىَ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمAllohumma inni as-aluka bismikal a’dzamil maktubi min nuri wajhikal karimil a’lal muabbadid daimil baqil mukholladi fi qolbi nabiyyika wa rosulika sayyidina muhammadin, wa as-aluka bismikal a’dzomil wahidi bi wahdatil ahadil muta’ali an wahdatil kammi wal adadil muqoddasi an kulli ahadin, bihaqqi bismillahir rohmanir rohimi, qul huwallahu ahad, allahus shomadu lam yalid walam yulad walam yakullahu kufuwan ahad, an tusholliya ala sayyidina muhammadin sirri hayatil wujudi was sababil a’dzomi likulli maujudin sholatan tatsabbitu fi qolbil imani wa tuhaffidzunil qur-ana wa tufahhimuni minhul ayati wa taftah li biha nurol jannati wa nuron na’imi wa nuron nadzori ila wajhikal karimi wa ala alihi wa shohbihi wa sallim.“Ya Allah aku mohon kepada-Mu dengan asma-Mu yang agung, yang tertulis dari cahaya wajah-Mu, yang tinggi, yang besar, yang kekal, yang abadi di dalam hati rasul dan nabi-Mu Muhammad saw. Aku memohon dengan asma-Mu yang agung dan tunggal dengan kesatuan yang manunggal, yang agung dari kesatuan jumlah, yang suci dari setiap sesuatu dengan hak Bismillahir rohamanir rohim, qul huwallahu ahad, allahus shomad, lam yalid walam yulad, walam yakullahu kufuwan ahad. Semoga Engkau limpahkan rahmat kepada junjungan kami Muhammad saw, rahasia kehidupan yang ada, sebab terbesar bagi semua yang ada, dengan rahmat yang menetapkan iman dalam dadaku, dan mendorongku agar menghafalkan al-Quran, dan memberikan pemahaman padaku akan ayat-ayatnya, membukakan padaku dengannya cahaya surga dan cahaya nikmat, serta cahaya pandangan kepada wajah-Mu yang mulia, juga kepada keluarga dan para sahabatnya. Juga limpahkan keselamatan kepada mereka.”Sumber Informasi Bincang Syariah2. Amalan Bertemu Nabi Khidir Dari KH. Abdul Hamid PasuruanLafal ini dipercaya dapat mempertemukan seseorang dengan Nabi Khidir jika diamalkan dengan baik. Membaca lafal berikut ini, sebanyak 3 kali tiap usai salat fardu.“Bismillaahi maasya allaahu laa yasyuuqul khaira illallaah. Bismillaahi maasyaa allahu laa yashrifussuua illallaah, Bismillaahi maasyaa allaahu maakaana minni’matin faminallaah. Bismillaahi maasyaa allaahu laa haula walaa quwwata illaa billaahi aliyyil adziim.”Sebelum itu hendaknya tawashul terlebih dahulu kepada Nabi Khidir. Syarat terakhir adalah, tidak boleh berburuk sangka kepada orang Ibadah co idBenarkah Nabi Khidir Masih Hidup ?Tidak ada yang bisa menjamin bahwa Nabi Khidir masih hidup. Semua adalah atas kuasa Allah. Kisah Nabi Khidir dan Nabi Musa ini diceritakan lengkap dalam Al Quran Surat Al Kahfi ayat 60-82. Namun Allah dalam Alquran, tidak pernah menyebut bahwa Nabi Khidir hidup abadi. Banyak orang meyakini dan beranggapan bahwa Nabi Khidir masih hidup "Ia hidup sesudah Musa hingga zaman Isa, kemudian zaman Nabi Muhammad SAW, ia sekarang masih hidup, dan akan hidup hingga Kiamat.". Namun, Fatwa Qardhawi menjelaskan tentang hal ini. Bahwa Orang-orang menulis kisah-kisah, riwayat-riwayat dan dongeng-dongeng bahwa Al-Khidir menjumpai si Fulan dan memakaikan kirqah pakaian kepada si Fulan dan memberi pesan kepada si Fulan. Sama sekali tidak adil pendapat yang mengatakan bahwa Al-Khidir masih Bukhari ditanya tentang Nabi Khidir dan Ilyas, apakah keduanya masih hidup? Maka ia menjawab, "Bagaimana hal itu terjadi?" Nabi saw telah bersabda, "Tidaklah akan hidup sampai seratus tahun lagi bagi orang-orang yang berada di muka bumi ini." HR Bukhari-Muslim.Banyak imam dan ulama lain ikut menjawab tentang hal ini. Jawaban mereka pun berlandaskan dalil."Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusia pun sebelum kamu Muhammad, maka jika kamu mati apakah mereka akan kekal?" QS. Al-Anbiyaa' 34.Beberapa hadits yang menjelakan mengenai pertemuan Nabi Muahammad dan Nabi Khidir pun diyakini sebagai hadits palsu. Di antara hadis maudlu palsu itu ialah hadis yang berbunyi, "Bahwa Rasulullah SAW sedang berada di masjid, ketika itu beliau mendengar pembicaraan dari arah belakangnya. Kemudian beliau melihat, ternyata ia adalah Al-Khidir."3. Bertemu Dalam MimpiJika memang Nabi Khidir telah meninggal, maka yang paling realistis adalah bertemu dengan beliau dalam mimpi. Sebab, dalam mimpi apa saja bisa terjadi, termasuk bertemu dengan seorang yang telah bishawab. Semoga ulasan mengenai cara bertemu dengan Nabi Khidir ini bisa memberikan pandangan dan sudut pandang beragam bagi anda mengenai Nabi Khidir. Sungguh, kebenaan hanya milik Allah. Salam
UlangTahun Gus Dur dan kisah Gus Dur Ketika Masuk Sekolah; Keistimewaan Habib Luthfi bin Yahya, Duduk di Samping Rasululloh SAW; Sandal Mbah Dalhar dan Kisah Gus Miek Bertemu Nabi Khidir. Khusyu' Dzikir Ba'da Subuh, Simbah Kiai Zainal Abidin Munawwir Selamat dari Gempa.
Nabi Khidir لخضر, Khadr, Khadr merupakan salah satu Nabi yang diyakini masih hidup hingga saat ini. Namun, keberadaannya selalu misterius. Hanya beberapa orang saja yang pernah bertemu dan mendapat pelajaran dari Nabi Khidir, seperti cerita populer tentang perjumpaannya dengan Nabi tentang asal usul Nabi Khidir banyak versinya. Ada yang menyebutkan Nabi Khidir putra Nabi Adam AS yang diciptakan dari tulang iganya. Ada juga yang mengatakan dia cucu Nabi Harun AS. Menurut jumhur ulama, Nabi Khidir masih hidup dan tidak akan meninggal hingga kiamat tiba, namun tak berarti Nabi Khidir kekal lantaran dia tetap meninggal dunia sehingga tak bersambung dalam masa kehidupan dunia dan dari buku Ma'ariful Auliya 82 Kisah Hikmah dari 60 Kekasih Allah karya Muhammad Khalid Tabits, selain Nabi Musa berikut deretan orang-orang yang pernah bersua dengan Nabi Ali Zainul AbidinNabi Khidir selalu datang kepada Ali Zainul Abidin, cucu Nabi Muhammad SAW. Abu Hamzah al-Tsamali meriwayatkannya, sebagaimana dilansir oleh Abu Nuaim dalam kitab Hilyat al-Auliya. Dalam riwayat tersebut Abu Hamzah berceritaAli Zainul Abidin sempat bertemu Nabi Khidir, ketika dia sedang bersedih. Ali merasa takut karena hidup di dunia dan entah apa yang terjadi ketika sudah di akhirat pun tiba-tida didatangi oleh seorang pria tampan berpakaian rapi dan indah. Lalu pria itu bertanya pada Ali, mengapa dia bersedih? "Wahai Ali ibn al-Hasan, mengapa kau terlihat sedih dan tertekan? Apakah karena dunia? Ia adalah rezeki yang ada. Dimakan oleh orang baik dan orang jahat'"Aku Menjawab, "Bukan karena dunia aku bersedih, karena dunia seperti yang kau takutkan,""Apakah karena akhirat? Ia adalah jani yang pasti. Urusan di dalamnya ditetapkan oleh Raja Yang Maha Kuasa?" tanya nya lagi."Bukan karena itu aku bersedih, karena akhirat seperti yang engkau sampaikan," jawabku. Saat itu Ali tajut sekali akan fitnah yang berasal dari Ibnu al-Zubair. Kemudian pria itu menegaskan akan kuasa Allah yang selalu melindungi dan mengabulkan setiap permintaan pria itu pergi dan menghilang. Lalu ada yang memberi tahu Ali, bahwa pria yang menyambanginya tadi adalah Nabi Muhriz ibn KhalafMuhriz ibn Khalaf adalah seorang sastrawan. Syekh Muhriz ibn Khalaf bertemu dengan Nabi Khidir, sebagaimana diriwayatkan oleh banyak orang, salah satunya oleh Abu al-Thahir al-Farisi dengan sanad dari al-Dasturi al-Qathan al-Abid. Al-Qathan menceritakanKetika Al-Qathan sedang mencari sejumlah buku di Tunis, kemudian ia datang ke masjid. Di sana ia bertemu dengan saudara sastrawan, yaitu Muhriz ibn Khalaf. Dia pun menanyakan keberadaan seorang sastrawan tersebut. Lalu ada yang mengatakan bahwa dia sastrawan ada di sebuah masjid, dan sedang berbicara bersama seorang pria tidak pun segera menyalakan lampu, lalu menghampiri Syekh Muhriz untuk mencari tahu siapa sebenarnya pria yang sedang bersamanya itu. Anehnya ketika dia mendekati masjid, tiba-tiba lampu padam. Lalu menyalakan lagi hingga tiga sang sastrawan pun mengatakan pada Al-Qathan, jika pria tadi yang bersama Muhriz sudah keluar. Qathan pun bertanya pada Muhriz, dan bila tidak memberitahunya maka dia akan menyebarkannya. Muhriz pun akhirnya mengatakan, "itu adalah Abu al-Abbas al-Khadir."3. Syekh Ibrahim al-KhawashSebagaimana telah diriwayatkan oleh al-Khatib al-Baghdadi sepulang dari sebuah perjalanannya, Syekh Ibrahim al-Khawash pernah ditanya, "apa yang engkau alami selama perjalanan?". Kemudian dia Syekh Ibrahim al-Khawash menjawab, bahwasannya dia sempat terjatuh karena tiba-tiba datang seorang pria tampan berbaju bagus, menunggangi kuda dan memberikannya air. Hingga akhirnya Syekh Ibrahim al-Khawash tidak mearasa kehausan lagi. Setelahnya, pria itu menawarinya naik ke atas kuda. Tanpa disadari, dia sudah ada di sebuah di dataran itu bertanya,"apa yang kau lihat?" dia menjawab "Kota Madinah" Pria itu meminta Syekh Ibrahim al-Khawash untuk turun dan berkata "Turunlah dan sampaikan salam dariku untuk Rasulullah SAW. Ucapkan olehmu, saudaramu Khadir menyampaikan salam kepadamu,"4. Imam Ahmad ibn HanbalImam Ahmad ibn Hanbal juga salah seorang yang pernah ditemui oleh Nabi Khidir. Diriwayatkan oleh Ibnu Abu Ya'la dalam Thabaqat al-Hanabilah dari Abu al Thayyib dari Abu al-Qasim al Baghawi. Dalam kisah Abu Al-Qasim al Baghawi menuturkan bahwa Imam Ahmad Habal bercerita kepada hari Abu Al-Qasim al Baghawi sedang mengantar seseorang yang akan berhaji hingga ke wilayah al-Qadisiyyah. Dari situlah dia memiliki keinginan untuk menunaikan ibadah haji. Namun sayang, dia mempertimbangkan karena keadaannya. Saat itu dia hanya memiliki bekal lima dirham ada seorang pria menghampirinya dan berkata "Wahai Abu Abdullah, nama besar dan niat yang lemah telah menghalangimu untuk berhaji," Lalu Abu Al-Qasim menjawab, "Iya, demikian adanya.""Apakah kau ingin menemaniku?" kata pria itu. lalu Abu Al-Qasim menjawab, "Mau,". Kemudian dia ikut bersama pria itu, menjauh dari rombongan. Ketika waktu istirahat tiba, yaitu antara isya dan sahur mereka pun singgah di suatu tempat. Pria ini menawarinya sebuah makanan, tentunya Abu Al-Qasim tidak itu memintanya untuk bangun, dan diperlihatkan makanan lezat seperti roti, sayuran dan daging yang siap disantap. Sedangkan pria itu tidak ikut makan. Setelah beberapa lama singgah di tempat lainnya, tiba-tiba pria itu al-Thayyib bertanya kepada Abu Al-Qasim al Baghawi, "Apakah engaku mengetahui pria tersebut?" al Baghawi menjawab. "Aku mengira ia adalah Khidir Bisyr al-HafiKetika Bisyr memasuki rumahnya, tiba-tiba di dalam ada seorang pria bertubuh tinggi sedang salat. Setelah dia melihatnya, lalu orang itu memberi salam dan langsung berkata "Aku adalah Khidir," Kemudian Bisyr pun berkata, "Ajarilah sesuatu yang bermanfaat untukku,"Pria itu menjawab, "Ucapkanlah Aku memohon ampun kepada Allah dari setiap perjanjian yang aku langgar dan dari setiap nikmat yang aku pergunakan untuk bermaksiat kepada-Nya,". Kemudian ada kejadian lainnya, dia meminta Nabi Khidir mendoakannya, "Semoga Allah menutupi ketaatan itu untukmu," kata Syekh Zakariya al-AnshariSyekh Zakariya al-Anshéri bercerita Pada suatu waktu, saudaraku Syekh Ali aI-Nabtaini bcrkumpul dengan Nabi Khidir. Syekh Ali al-Nabtaini itu bertanya kepadanya. “Apa yang kau katakan tentang Syekh Yahyé aLManaM?”Nabi Khidhir menjawab, “Tidak ada masalah.”Syekh Ali al-Nabtaini itu bertanya lagi, “Bagaimana dengan iman?”“Tidak ada masalah’“Bagaimana dengan Syekh Zakariya?”“Tidak ada masalah. Hanya saja ia berjiwa kecil.”Syekh Zakariya melanjutkan, “Ketika Syekh Ali al-Nabta’mi mengirim utusan dan menyampaikan kabar itu kepadaku, hatiku seakan sempit. Aku tidak mengetahui apa yang dimaksud oleh Nabi Khidir dengan jiwa kecil’.Aku kemudian mengirim utusan untuk meminta penjelasan soal ungkapan itu. Setelah ditanyakan, Nabi Khidhir menjawab, jika mengutus seseorang untuk utusan sesuatu, ia Syekh Zakariya selalu mengatakan, Syekh Zakariya berkata kepadamu.’ Artinya, ia menyebut dirinya sendiri sebagai syaikh”
Setelahsampai pada pertemuan 2 lautan 37, nabi Musa as merasa lapar dan menyuruh muridnya 38 untuk membawa bekal tersebut, tetapi lauk ikan yang dibawa dapat keluar dengan cara khariqul adat yaitu terbentuk terowongan bekas jalan yang telah dilalui ikan itu. Nabi Musa as mengambil kesimpulan bahwa itulah jalan yang beliau tuju.
Kisah ini bermula saat Nabi Musa alaihis salam ditanya oleh kaum Bani Israil tentang manusia yang paling alim di muka bumi. Dijawab oleh Nabi Musa, “Tidak ada lagi yang paling alim di muka bumi selain aku.” Akibat jawaban itu, Nabi Musa ditegur Allah. Tak hanya itu, Allah juga menurunkan wahyu kepadanya, “Sesungguhnya, aku memiliki seorang hamba di pertemuan dua samudera yang lebih alim darimu.” Nabi Musa menjadi penasaran, “Wahai Tuhanku, bagaimana aku bisa bertemu dengannya?” Allah menjelaskan, “Bawalah olehmu seekor ikan. Lalu simpan dalam keranjang. Di mana ikan itu menghilang, di sanalah hamba itu berada.” Hamba dimaksud tak lain adalah Nabi Khidir alaihis salam Singkatnya kisah, Nabi Musa mengambil seekor ikan lalu memasukkannya ke dalam keranjang. Setelah itu, dirinya berangkat ditemani seorang pemuda muridnya yang bernama Yusya ibn Nun. Tibalah keduanya di sebuah batu besar. Tetapi bermaksud untuk merebahkan kepala sejenak, keduanya justru tertidur. Sementara ikan yang ada dalam keranjang mulai meronta, hingga akhirnya keluar dan terjatuh ke lautan. Kejadian ini pun diabadikan dalam Al-Quran dalam Surat Al-Kahfi, “Lalu ikan itu melompat dan mengambil jalannya ke laut.” Ketika Nabi Musa terbangun, kawannya lupa mengabarkan kepadanya tentang keberadaan ikan. Keduanya justru melanjutkan perjalanannya selama sehari semalam. Keesokan harinya, Musa baru berkata kepada muridnya, “Bawalah kemari makanan kita; sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini.” Semula memang Nabi Musa seperti yang tidak mendapati rasa letih, hingga tibalah di tempat yang diperintahkan Allah dan bertanya demikian. Muridnya lantas menjawab, “Tahukah engkau tatkala kita mencari tempat berlindung di batu tadi, sesungguhnya aku lupa bercerita tentang ikan itu dan tidak ada yang melupakanku kecuali setan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang sangat aneh.” Benar sekali, ikan itu mengambil jalannya di laut, sehingga Musa dan muridnya pun terheran-heran. Musa kembali berkata, “Itulah tempat yang kita cari.” Akhirnya, keduanya pun kembali. Mengikuti jejak mereka semula. Keduanya menyusuri jejak mereka semula, hingga sampai lagi di baru besar. Tiba-tiba ada seorang pria yang berselimutkan sebuah kain. Musa pun mengucap salam dan dijawab oleh pria berselimut yang belakangan dikenali sebagai Khidir itu, “Bagaimana salam di tempatmu?” Musa lalu memperkenalkan diri, “Aku adalah Musa.” Ditanya oleh Khidir, “Apakah Musa kaum Bani Israil?” Musa menjawab, “Benar. Aku menemuimu agar engkau mengajariku sebuah ilmu.” Kemudian, Musa meminta izin untuk mendampingi dan mengikuti Khidir. Namun, keinginannnya itu diragukan oleh hamba saleh itu, “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku, wahai Musa, sebab aku memiliki sebuah ilmu Allah yang telah diajarkan kepadaku, namun tidak engkau ketahui. Begitu juga engkau memiliki ilmu Allah yang telah diajarkan-Nya kepadamu, tetapi tidak aku ketahui.” Musa pun berusaha meyakinkan Khidir, “Insya Allah engkau akan mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusan pun.” Secara tidak langsung, Khidir menjanjikan kepada Musa bahwa kemampuannya untuk bersabar ditentukan oleh perkenan dan kehendak Allah. Tak lupa, sang hamba memberi persyaratan kepada Musa agar tidak bertanya apa-apa kepadanya sampai dirinya menjelaskan semua alasan di balik apa yang dilakukannya. “Jika engkau mengikutiku, janganlah engkau menanyakan kepadaku tentang sesuatu apa pun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu.” Berjalanlah Nabi Musa dan Nabi Khidir menyusuri pinggiran pantai. Saat ingin menyeberangi pantai yang lain, keduanya mendapati kapal kecil yang tengah mengangkut para penumpang. Untungnya, para awak kapal telah mengenali Khidir. Singkatnya, mereka pun membawa Khidir dan Musa menuju pantai yang dituju tanpa diminta imbalan apa pun. Di saat demikian, keduanya melihat seekor burung yang hinggap di pinggir kapal. Lalu sang burung meminum sedikit air laut dengan paruhnya. Khidir berbisik kepada Musa, “Demi Allah, tidaklah ilmuku dan ilmumu di sisi Allah kecuali seperti air laut yang diambil burung itu dengan paruhnya.” Saat keduanya berada di dalam kapal, Nabi Musa merasa heran luar biasa karena melihat Khidir melubangi kapal tersebut dengan melepas salah satu papannya. Musa pun lupa dan ingkar akan janjinya. Dalam pikirnya, setiap kerusakan di muka bumi adalah kejahatan. Dan kejahatan lebih berat lagi karena dilakukan kepada orang-orang yang telah berbuat baik kepada dirinya. Nabi Musa lantas menanyakannya, “Mengapa engkau melubangi perahu itu yang akibatnya akan menenggelamkan penumpangnya? Sesungguhnya engkau telah berbuat satu kesalahan besar.” Di sana Khidir mengingatkan Nabi Musa akan janjinya, “Bukankah aku telah berkata, Sesungguhnya engkau sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku.’" Pertanyaan Nabi Musa yang pertama dilakukannya karena lupa, sebagaimana yang disampaikan dalam Rasulullah saw. Keduanya pun melanjutkan perjalanan. Namun, Nabi Musa kembali melihat keanehan yang dilakukan Khidir saat mengambil seorang anak kecil yang sedang lucu-lucunya dan aktif bermain, kemudian menidurkannya. Anak itu lalu disembelih dan kepalanya dipisahkan dari tubuhnya. Melihat hal itu, lagi-lagi Musa tak mampu bersabar. Ia kembali mengingkari janjinya. Padahal, dirinya tahu akan janji yang telah disampaikannya, “Mengapa engkau membunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya engkau telah melakukan suatu yang mungkar.” Khidir pun melontarkan teguran yang sama kepada Musa, “Bukankah aku telah berkata, “Sesungguhnya engkau sekali-kali tidak akan mampu sabar bersamaku." Di sini Musa pun menyadari jika dirinya tidak akan mampu lama-lama menemani Khidir, sang hamba yang saleh itu. Ia tak kuasa melihat setiap kejadian yang dialaminya, sementara dirinya terdiam. Keadaan itu kembali kepada dua hal. Pertama, kembali kepada tabiat Musa. Sebagai sosok yang berjiwa pemimpin, Musa mungkin sudah terbiasa kritis atas setiap apa yang telah dilihatnya. Di saat yang sama, ia tidak terbiasa berdiam diri ketika melihat perkara yang tidak disukainya. Kedua, syariat Musa tidak membenarkan pembunuhan terhadap seorang anak, kemudian membiarkan pembunuhnya, bagaimana pun keadaan pelakunya. Artinya, dalam hal ini, Nabi Musa mengakui kesalahan yang dilakukannya terhadap Khidir. Karenanya, ia kembali meminta kesempatan yang ketiga dan berjanji, jika kembali bertanya sesuatu, dirinya berhak untuk berpisah dan ditinggalkan Khidir. Mereka pun melanjutkan perjalanan sampai di suatu kampung yang penduduknya kikir. Mereka berdua mencari orang-orang yang berkenan menjamu. Namun, tidak mendapatinya seorang pun. Meski demikian, Khidir tetap memperbaiki sebuah dinding rumah di kampung tersebut yang nyaris roboh. Lagi-lagi merupakan perkara aneh. Mereka diketahui sebagai kaum yang kikir, namun Khidir mau memperbaiki dinding rumah mereka tanpa mendapat imbalan apa pun. Di sinilah Musa sudah memilih untuk berpisah dengan Khidir. Hal itu ditunjukkan dalam pertanyaannya tentang alasaan mengapa Khidir mau memperbaiki rumah para penduduk kampung itu tanpa imbalan sedikit pun. Padahal, dari mereka tidak ada yang mau menyambut dan menjamu. Seandainya, Musa bersabar dalam mendampingi Khidir, tentu Nabi Musa akan mendapatkan banyak keajaiban dan rahasia yang dialaminya. Sayangnya, Nabi Musa memilih berpisah setelah Nabi Khidir menjelaskan rahasia di balik semua yang dilakukannya. “Adapun perahu itu adalah milik orang-orang miskin yang bekerja di laut. Maka, aku bermaksud membuatnya cacat karena di hadapan mereka ada seorang raja zalim yang merampas setiap perahu yang terlihat masih bagus,” jelas Nabi Khidir pada Musa. “Adapun anak yang aku bunuh itu, kedua orang tuanya mukmin dan kami khawatir kalau dia akan memaksa kedua orang tuanya untuk durhaka dan berbuat kufur.” “Maka, kami menghendaki bahwa Tuhan mereka menggantinya dengan seorang anak lain yang lebih baik kesuciannya daripada anak itu dan lebih sayang kepada ibu bapaknya.” “Adapun dinding rumah itu adalah milik dua anak yatim di kota tersebut dan di bawahnya tersimpan harta milik mereka berdua, sedangkan ayah mereka orang saleh. Maka, Tuhanmu menghendaki agar keduanya mencapai usia dewasa dan mengeluarkan simpanannya itu sebagai rahmat dari Tuhanmu. Aku tidak melakukannya berdasarkan kemauanku sendiri. Itulah makna sesuatu yang engkau tidak mampu bersabar terhadapnya,” pungkas Khidir. Pertemuan Nabi Musa dan Nabi Khidir ini pun diabadikan Al-Qur'an dalam Surat al-Kahfi mulai ayat 61 sampai ayat 82. Kisahnya diriwayatkan pula oleh Al-Bukhari dalam “Kitab al-Ilm” dari Ibnu Abbas, dari Ubay ibn Kab, tepatnya dalam “Bab Mā Dzukira Dzahāb Mûsā fi al-Bahr ilā al-Khidir,” juz I, halaman 168, nomor hadits 74. Diriwayatkannya pula dalam “Bāb al-Khurūj fî Thalab al-Ilm”, juz I, halaman 174, nomor hadits 78, dan dalam “Bāb Mā Yustahabb li al-Ālim Idzā Su’ila Ayyu al-Nās A’lam? Fayakilu al-Ilm ilāllāh,” juz I, halaman 217, nomor hadits 122. Hikmah Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir Dari kisah di atas ada sejumlah pelajaran yang dapat dipetik 1. Kita sangat dianjurkan untuk berdiskusi atau berdialog dalam urusan ilmu. 2. Seorang alim diwajibkan menyebarkan ilmu yang dimilikinya kepada orang lain. 3. Perjalanan menuntut ilmu merupakan perjalanan istimewa. Nabi Musa sendiri menempuh perjalanan yang cukup melelahkan demi menemui seorang yang lebih alim dari dirinya. 4. Kedudukan dan keutamaan dirinya tidak sampai menghalangi Musa untuk menemui dan mengikuti orang yang diharapkannya memberikan ilmu. 5. Kita disyariatkan untuk melayani dan mengabdi kepada ahli ilmu dan pemilik keutamaan. Yusya ibn Nun, misalnya. Ia mengabdi kepada Musa. Begitu pula Anas ibn Mālik juga melayani Rasulullah saw. 6. Seorang hamba diperkenankan bercerita rasa lelah, kesulitan yang dialami, atau keadaan penyakit, dengan catatan tidak membenci atau menyalahkan takdir yang telah ditetapkan untuk dirinya. 7. Khidir tidak mengetahui perkara gaib kecuali yang telah diberitahukan Allah kepadanya. 8. Kisah di atas meyakinkan kepada kita bahwa Allah maha kuasa untuk menghidupkan sesuatu yang sudah mati, seperti menghidupkan ikan yang dibawa Nabi Musa. 9. Melalui hadits itu, kita diajarkan untuk tetap bersikap lemah lembut kepada pengikut atau pelayan kita. Contohnya sikap Nabi Musa terhadap muridnya yang lupa mengabarkan akan hilangnya ikan. 10. Nabi Khidir telah melubangi kapal dan membunuh seorang anak. Namun kemudian dikabarkan bahwa apa yang dilakukannya semata-mata perintah dan kehendak Allah sebagai bentuk kasih sayang-Nya. 11. Seorang yang bermaksud mengerjakan sesuatu di masa yang akan datang, disunnahkan mengucap “insya Allah,” yang artinya jika Allah menghendaki.’ 12. Di antara etika seorang murid atau santri di hadapan gurunya adalah menunjukkan sikap sabar dan menaati setiap perintahnya. 13. Hadits di atas menunjukkan betapa kecilnya ilmu manusia di hadapan Allah. Di dalamnya disebutkan bahwa Khidir berkata kepada Musa, “Tidaklah ilmuku dan ilmumu di sisi Allah kecuali seperti air laut yang diminum oleh burung itu dengan paruhnya.” 14. Hikmah Allah yang ditetapkan bagi para hamba-Nya ternyata tidak terlihat. Baru kemudian, hikmah yang semula dianggap buruk dan ujian oleh seseorang itu menjadi kenikmatan dan kebaikan. 15. Allah mempersiapkan anak yang saleh dengan kesalehan orang tuanya. Dalam kisah di atas, dikatakan bahwa Khidir memperbaiki dinding yang nyaris roboh. Tujuannya untuk melindungi gudang harta yang ditinggalkan kedua orang tua untuk anak-anaknya. 16. Kita juga harus selalu menisbahkan kebaikan kepada Allah. Di saat yang sama, kita juga tidak diperkenankan menisbahkan keburukan pada-Nya. 17. Kita diperbolehkan melakukan sesuatu yang bahayanya lebih ringan demi menghindari bahaya yang lebih berat. 18. Kita tidak dilarang untuk merusak sebagian harta demi menyelamatkan harta yang lebih banyak. 19. Saat bepergian, kita disyariatkan untuk membawa perbekalan. Setelah menempuh perjalanan panjang, Musa meminta muridnya untuk mengambil makanan yang dibekalnya. 20. Seseorang harus berhati-hati mengingkari pendapat para ahli ilmu dan orang-orang saleh. Berusahalah untuk mencari dasar pandangan dan alasan mereka mengapa bertentangan dengan dugaan orang kebanyakan. Lihat Umar Sulaiman, Shahih al-Qashash an-Nabawi, Terbitan Darun-Nafais, tahun 1997, halaman 75. Wallahu a’lam. Ustadz Tatam Wijaya, alumnus Pondok Pesantren Raudhatul Hafizhiyyah Sukaraja-Sukabumi, Pengasuh Majelis Taklim “Syubbanul Muttaqin” Sukanagara-Cianjur, Jawa Barat.

ad_1] Kisah Gus Baha tentang pertemuan seorang wali ibadah dan wali tidur. Tentang seorang ulama yang bisa jadi wali karena tidur. Ini juga cerita tentang keluasan makna ibadah dan substansi ajaran agama. Selama ini kita selalu membayangkan menjadi wali adalah perkara yang rumit. Karena untuk menuju ke sana, seseorang harus melalui ritual peribadatan []

Pertemuan Nabi Musa 'alaihissalam AS dan Nabi Khidir AS adalah kisah luar biasa yang sarat hikmah. Allah menceritakannya dalam Alqur'an agar manusia mengambil iktibar betapa luasnya ilmu-Nya. Dalam hadits riwayat Al-Bukhari, Ubay bin Ka'ab berkata ia pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam SAW bersabda "Suatu ketika, Nabi Musa berkhotbah di depan bani Israil, lalu ia ditanya, 'Siapa manusia yang paling berilmu?' Musa menjawab 'Aku'. Allah kemudian menegur Nabi Musa karena tidak menyatakan yang paling tahu adalah Allah. Allah kemudian mewahyukan kepadanya, "Sungguh, Aku memiliki seorang hamba-Ku di pertemuan antara dua lautan, dan lebih berilmu dari kamu." Nabi Musa bertanya, "Ya Rabb, bagaimana caranya agar aku bisa bertemu dengannya? Allah berfirman kepada Musa, "Bawalah seekor ikan yang kamu masukkan ke dalam suatu tempat, di mana ikan itu menghilang maka di situlah hamba-Ku itu berada!"Kemudian Nabi Musa pergi bersama seorang pelayan ada yang mengatakan muridnya bernama Yusya' bin Nun. Keduanya membawa ikan itu hingga keduanya tiba di sebuah batu besar. Mereka membaringkan tubuhnya sejenak lalu tertidur. Tiba-tiba ikan itu menghilang dari tempat tersebut. Ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut. Musa dan pelayannya merasa Nabi Musa dan Nabi Khidir ini diabadikan dalam Surah Al-Kahfi. Berikut kisah selengkapnya Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada muridnya, 'Aku tidak akan berhenti berjalan sebelum sampai ke pertemuan dua lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun.'Ketika mereka sampai ke pertemuan dua laut, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu. Tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya, 'Bawalah kemari makanan kita; sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini.'Muridnya menjawab, 'Tahukah kamu, ketika kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa menceritakan tentang ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali setan; dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali.”Musa berkata, "Itulah tempat yang kita cari." Lalu, keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula. Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi berkata kepada Khidir, "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajariku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?"Dia menjawab, "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku. Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?"Musa berkata, "Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam satu urusan pun."Dia berkata, "Jika kamu mengikutiku, janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu pun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu."Berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidir melubanginya. Musa berkata, "Mengapa kamu melubangi perahu itu yang akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya? Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar."Dia Khidir berkata, "Bukankah aku telah berkata, 'Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku?'Musa berkata, "Janganlah kamu menghukumku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebaniku dengan suatu kesulitan dalam urusanku."Berjalanlah keduanya, hingga keduanya bertemu dengan seorang anak, maka Khidir membunuhnya. Musa kemudia berkata, "Mengapa kamu bunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar."Khidir berkata, "Bukankah sudah kukatakan kepadamu bahwa sungguh kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?"Musa berkata, Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah kali ini, janganlah kamu membolehkan aku menyertaimu. Sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur padaku."Keduanya pun berjalan, hingga keduanya sampai di penduduk suatu negeri. Mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka. Kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidir menegakkan dinding berkata, "Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu."Khidir berkata, "Inilah perpisahan antara aku dan kamu. Aku akan memberitahukan kepadamu maksud perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.""Adapun bahtera perahu itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku merusak bahtera itu karena di hadapan mereka ada seorang raja dzalim yang merampas setiap bahtera.""Adapun anak itu, kedua orang tuanya adalah orang mukmin. Kami khawatir bahwa dia akan memaksa kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. Kami menghendaki supaya Rabb mereka mengganti anak lain bagi mereka, yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih mendalam kasih sayangnya kepada ibu bapaknya.""Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedangkan ayahnya adalah seorang yang saleh. Rabbmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Rabbmu; dan tidaklah aku melakukannya menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah maksud perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya'." Surah Al-Kahfi ayat 60-82Ada banyak hikmah yang bisa dipetik dari pertemuan dua sosok manusia pilihan Allah itu. Di antaranya pelajaran berharga tentang adab, kesabaran, hakikat ilmu serta hikmah agar tidak menyombongkan diri. Kisah Nabi Musa dan Khidir ini telah mengantarkan kita kepada pemahaman bahwa ilmu-Nya benar-benar Mahaluas. Di dalam Kitab 'Al-Asror Rabbaniyyah wal Fuyudhatur Rahmaniyyah' karya Syeikh Ahmad Shawi Al-Maliki diterangkan bahwa Nabi Khidir dan Nabi Ilyas adalah nabi yan hidup kekal sampai hari kiamat. Nabi Khidir berkeliling di sekitar lautan sambil memberi petunjuk kepada orang-orang yang tersesat di lautan. Sedangkan, Nabi Ilyas berkeliling di sekitar gunung-gunung untuk memberi petunjuk kepada orang-orang yang tersesat di gunung. Allahu A'lam. rhs

Akhirnya ikan itu membawa Gus Miek menghadap gurunya yaitu Nabi Khidir. Pertemuan itu menurut Gus Miek hanya berlangsung selama lima menit. Tetapi, kenyataannya Gus Miek naik ke daratan dan kembali ke pondok sudah pukul empat sore. beberapa bulan kemudian, setelah mengetahui bahwa Gus Miek tidak apa-apa, akhirnya kembali ke pondok.

Kesaksian Prof Quraish Shihab Tentang Gus Dur - Dinasihatkan oleh Rasulullah SAW, kita berkumpul di suatu majlis yg oleh agama dinamai majelis dzikir. Tidak kurang dari 200 kali, kata-kata dzikir terulang di dalam Al-Quran. Objeknya bermacam-macam, salah satu di antaranya adalah berdzikir, merenung, mengingat, menyebut-nyebut tokoh-tokoh, lebih lebih yang memiliki jasa di dalam masyarakat. Rasulullah SAW pun memerintahkan kita dengan sabdanya Udzkuru mahasina mautakum.. Renung renungkanlah, ingat-ingatlah, sebut-sebutlah jasa-jasa, kebaikan-kebaikan orang-orang mati kamu. Karena itu kita perlu garis bawahi, acara kita ini, acara haul ini, adalah salah satu dari ajaran penting dalam agama Islam yang ditekankan oleh Al-Quran dan Sunnah. Kalau kita berbicara tentang Gus Dur, tidak mudah membicarakan tokoh ini, karena tidak mudah menemukan kunci kepribadian Almarhum. Bahkan bisa terkesan bahwa ada semacam kontradiksi dari sikap-sikap beliau. Beliau itu serius, tetapi suka bercanda. Dalam hal-hal serius, seringkali kita dengar Gus Dur berucap “Begiitu aja kok repot”. Serius dan bercanda bertolak belakang, tetapi tidak harus dipertentangkan. Gus Dur seorang yang sangat rasional, tetapi dalam saat yg sama, beliau percaya supra rasional, yang terkadang bagi orang-orang yang tidak mengerti, dinamai irrasional. Bertolak belakang. Gus Dur almarhum seorang demokrat, senang bermusyawarah, tetapi dalam saat yang sama, bisa terkesan, karena kuatnya kepribadian beliau dan kuatnya cara-cara beliau untuk mempertahankan pendapatnya, terksean bahwa dia otoriter. Gus Dur–Allahu yarham— seorang yg berpijak di bumi indonesia, melihat jauh ke depan, tetapi dalam saat yang sama tidak pernah tidak menoleh ke belakang. Gus Dur bukan saja mengumandangkan dan mempraktekkan ungkapan yang dikenal oleh agamawan , dengan al muhafadzhotu alal qadimis shalih wal akhdzu bil jadidil ashlah, tetapi Gus Dur lebih dari itu. Bukan hanya sekedar “memelihara yg baik dari masa lalu serta mengambil yg lebih baik dari masa kini,” beliau bukan sekadar mengambil tetapi mempersembahkan sesuatu yang orisinil baru dari Gus Dur. Karena, dalam dua tanda petik, pertentangan-pertentangan ini, maka sikap masyarakat terhadap Gus Dur juga berbeda. Ada yang sangat mengagumi Gus Dur, tapi ada juga yang tidak faham tentang Gus Dur itu mempersalahkan Gus Dur. Dalam pandangan agamawan dan ilmuwan, kalau anda menemukan satu orang yang sikap masyarakat kontradiktif terhadapnya, maka ketahuilah bahwa yang bersangkutan adalah seorang yang genius. Dan karena itu, agama mengingatkan agar yang terlalu senang jangan melampaui batas dalam kesenangannya, dalam cintanya. Dan yang tidak senang jangan melampaui batas dalam kebenciannya. Rasul SAW bersabda, menyangkut Sayyidina Ali Karramallohu Wajhahu, ada yang sangat-sangat mengagungkan beliau, melebihi kedudukan beliau. Dan ada juga yg membenci beliau. Rasul SAW bersabda, ya Aliy, yahliku fika alrajulan. Ada dua kelompok manusia yang binasa menyangkut sikapnya terhadap engkau. Yang pertama terlalu cinta kepadamu, dia binasa karena terlalu cinta melebihi batas, dan yang kedua terlalu benci kepadamu.. Kita ingin menempatkan Gusdur pada tempatnya yang sebaik-baiknya. Kita tidak ingin terjadi kecintaan kita mengantar kita kepada syirik. Tapi dalam saat yang sama kita tidak ingin ketika kita tidak sependapat dengan beliau menuduh beliau dengan tuduhan-tuduhan yang tidak benar. Memang, kata para pakar, bisa jadi…bisa jadi..Kalau menurut ukuran akal, itu mustahil, tetapi bila kita menggunakan hati, maka itu tidak mustahil. Seorang yang mencapai kedudukan akal yang sehat, tidak mungkin baginya memadukan dua hal yang bertolak belakang. Tetapi seorang yang mencapai puncak akal dan puncak kesucian jiwa, dia dapat mencapai dan menggabung dua hal yang bertolak belakang. Itu sebabnya, sejak dulu ada filosof-filosof yang berkata sebenarnya bisa jadi ada orang yang berjalan di sungai, tapi dalam saat yg sama dia berhenti.. Al quran menyatakan Wama romaita idz romaita walakinnalloha roma..”bukan engkau yg melempar pada saat engkau melempar, tapi Allah yg melempar. ” Dua hal yg bertolak belakang. Karena itu ketika kita menemukan dalam ide-ide dalam pemikiran-pemikiran Gus Dur, faham pluralisme sebenarnya itu lahir dari pandangan akal yang digabung dengan pandangan hati yang suci. Itu sebabnya sufi-sufi besar, yang sebahagian mereka disalahpahami pendapat-pendapatnya itu berdendang, ada yg berkata “Sekali engkau melihat saya beribadah kepada Tuhan di masjid, dan di kali lain engkau melihat saya di gereja. Sekali engkau saya puja, dan di kali lain, engkau memuja saya. Sekali aku menyembah kepadamu, dan di kali lain engkau menyembahku.” itu kata Ibnu Al Arabi. Hal yang bertentangan, tetapi sebenarnya bagi yang faham itu tidak harus dipertentangkan. Gus Dur dengan faham pluralismenya ada yang salah faham. Padahal kalau kita merujuk pada Al-Quran, kita merujuk pada Sunnah Nabi saw kita menemukan itu sangat sejalan dengan apa yang diajarkan oleh Nabi. Kalau kita baca surat perjanjian Nabi kepada kelompok Kristen Najran, boleh jadi ada orang yang tidak percaya itu. Saudara tahu, antara lain dikatakan disana, ” bahwa umat Islam harus membantu umat Kristen kapan dan dimanapun, sehingga jika mereka membutuhkan dana untuk membangun gereja-gereja mereka, hendaklah dia dibantu bukan sebagai hutang, tetapi sebagai bantuan yg tulus.” Itu perjanjian Nabi. Yang semacam itu yang difahami oleh Gus Dur. Bagi orang yang tidak faham sejarah, dia katakan, oh ini melanggar. Karena itu sangat wajar jika kita kembali kepada fikiran-fikiran Gus Dur. Sangat wajar apabila kita teruskan fikiran-fikiran beliau, apalagi dewasa ini. Gus Dur berpijak masa kini, tetapi menoleh ke belakang. Sekaligus memandang jauh ke depan. Terkadang pikiran-fikiran beliau melampaui masanya, sehingga nanti setelah beliau pergi, masa berubah, baru orang sadar, oh itu dulu Gus Dur benar ketika itu. Disitulah Gus Dur bagaikan mendendangkan syair yang menyatakan Sayadzkuruni qaumi idza jadda jidduhum wafil lailati dzulma’i yuftaqadul badru umatku/kaumku akan mengingat-ingat saya pada saat krisis mereka, dan memang purnama dicari-cari waktu gelapnya malam. Allah yarham Gus Dur. Semoga Allah menempatkan beliau di tempat yg sebaik-baiknya ” Wassalaamu ’alaikum warahmatulloh wabarakatuh Post Scriptum Pidato ini disampaikan oleh Prof. Dr. Quraish Shihab saat 1000 Hari Wafatnya Gus Dur tahun 2012 di Ciganjur.

KisahGus Dur bertemu dengan Nabi Khidir As dengan Kyai As'ad Syamsul Arifin.#gusdur #NabiKhidir #nabimuhammad #gusmuwafiq #gusmiftah #gusbaha #gusbaha #gus

Tangisjama'ah Majlis Rasulullah dan para pecinta Habib Mundzir menjadi 2 min read Maret 18, 2021. Kisah, Tokoh. Kisah Seorang Pastur Bertemu Nabi Khidir dan Diislamkan Abah Guru Sekumpul. Dari seseorang mantan pastur, sebut saja Hendra (40) saya (Hendra) sejak kecil dididik dalam ajaran Kristen yang ketat. Dari mulai kisah-kisah KyaiHasyim Menggendong Nabi Khidir Kisah ini terjadi ketika Hasyim muda masih menjadi santri Mbah Kholil. Kala itu hujan turun dengan begitu deras di Kabupaten Bangkalan, khususnya di Demangan, pondok pesantren asuhan Syaikhona Kholil al-Bangkalan. Baca Juga: Karena Rindu Rasulullah, Batang Kurma Ini Hampir Menangis Sampai Kiamat LADUNIID, Jakarta - Setelah menunjukkan kemampuannya kepada kedua orang tuanya, beberapa bulan kemudian Gus Miek melanjudkan studinya di Lirboyo. Di tengah-tengah penddidikannya di Lirboyo, Gus Miek justru pergi ke Watucongol Magelang, beliau belajar di pondok pesantren yang diasuh KH. Dalhar yang terkenal sebagai seorang wali di Jawa Tengah. KH. GusDur Mìrìp Nabi Khidir ìnì Kìsàhnyà#NabiKhidir#SunanGusDurtonton juga:Kisah Gus Dur Miliki Ilmu Ladunni Bertemu Nabi Khidir As zZyNc.
  • 7w5eqqw8oi.pages.dev/12
  • 7w5eqqw8oi.pages.dev/179
  • 7w5eqqw8oi.pages.dev/114
  • 7w5eqqw8oi.pages.dev/370
  • 7w5eqqw8oi.pages.dev/508
  • 7w5eqqw8oi.pages.dev/726
  • 7w5eqqw8oi.pages.dev/7
  • 7w5eqqw8oi.pages.dev/625
  • kisah gus dur bertemu nabi khidir