Pengajianrutin kitab Al Hikam oleh KH IMRON JAMIL MASYHURI dalam format mp3,bagi yang ingin mendapatkan video aslinya kunjungi channel YouTube Kyai Mojo OffMakalah Hikmah ke-2 Kitab Al-Hikam. - Terjamah dan penjelasan Kitab Al-Hikam Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandary yang ke-2, berbunyiإرادَتـُكَ التَجْرِيْدَ معَ اِقامةِاللهِ اِيّاكَ فى الاَسْبَابِ مِنَ الشَهْوةِ الخفِيَّةِ، وَإرادَتـُكَ الاَسْبَابِ معَ اِقامةِاللهِ اِيّاكَ فى التَجْرِيْدَ اِنْحطاط ٌ عن الهِمَّةِ العَليَّةِ Artinya "Keinginanmu untuk tajrid [hanya beribadah saja tanpa berusaha untuk dunia], padahal Allah masih menempatkan engkau pada golongan orang-orang yang harus berusaha [kasab], maka keinginanmu itu termasuk nafsu syahwat yang samar [halus]. Sebaliknya, keinginanmu untuk berusaha [kasab], padahal Allah telah menempatkan dirimu pada golongan orang yang harus beribadah tanpa kasab [berusaha], maka keinginan yang demikian berarti menurun dari semangat yang tinggi". Sebagai seorang yang beriman, haruslah kita berusaha menyempurnakan imannya dengan berpikir tentang ayat-ayat Allah Swt., dan beribadah dan harus tahu bahwa tujuan hidup itu hanya untuk beribadah menghamba kepada Allah Swt., sesuai tuntunan Al-Qur’an. Tetapi setelah ada semangat dalam ibadah, kadang ada yang berpendapat bahwa salah satu yang merepoti/mengganggu dalam ibadah yaitu bekerja kasab. Lalu, dia berkeinginan lepas dari kasab/ usaha dan hanya ingin melulu beribadah. Keinginan yang seperti ini termasuk keinginan nafsu yang tersembunyi/samar. Mengapa? Kewajiban seorang hamba adalah menyerah kepada apa yang dipilihkan oleh majikannya. Apalagi kalau majikan itu adalah Allah Yang Maha Mengetahui tentang apa yang terbaik bagi hamba-Nya. Dan tanda-tanda bahwa Allah Swt. menempatkan dirimu dalam golongan orang yang harus berusaha [kasab], apabila terasa ringan bagimu, sehingga tidak menyebabkan lalai menjalankan suatu kewajiban dalam agamamu, juga menyebabkan engkau tidak tamak [rakus] terhadap milik orang lain. Dan tanda bahwa Allah mendudukkan dirimu dalam golongan hamba yang tidak berusaha [Tajrid]. Apabila Tuhan memudahkan bagimu kebutuhan hidup dari jalan yang tidak tersangka, kemudian jiwamu tetap tenang ketika terjadi kekurangan, karena tetap ingat dan bersandar kepada Tuhan, dan tidak berubah dalam menunaikan kewajiban-kewajiban. Syeikh Ibnu Atha’illah berkata "Aku datang kepada guruku Syeikh Abu Abbas Al-Mursy. Aku merasa bahwa untuk sampai kepada Allah dan masuk dalam barisan para wali dengan sibuk pada ilmu lahiriyah dan bergaul dengan sesama manusia kasab agak jauh dan tidak mungkin. Tiba-tiba saja, sebelum aku sempat bertanya, guru bercerita ada seorang ahli dibidang ilmu lahiriah, ketika ia dapat merasakan sedikit dalam perjalanan ini, ia datang kepadaku sambil berkata aku akan meninggalkan kebiasaanku untuk mengikuti perjalananmu. Aku menjawab Bukan itu yang kamu harus lakukan, tetapi tetaplah dalam kedudukanmu, sedang apa yang akan diberikan Allah kepadamu pasti sampai kepadamu". Demikian penjelasan hikmah kedua Kitab Al-Hikam tentang maqam tajrid dan maqam kasab seorang hamba Allah. [
Hikmahke-106. Adab Berdoa : Jangan Menuntut. لا تطالب ربّك بتأخّر مطلبك. Jangan kau tuntut Pengaturmu atas lambatnya waktu (pengabulan) permintaanmu. ولكن طالب نفسك بتأخّر أدبك. Akan tetapi, tuntutlah dirimu atas lambatnya adabmu. Banyak sekali ayat-ayat Al-Qur'an yang menyebutkan kata ربّ
ArticlePDF Available AbstractTesis ini mengkaji tentang manuskrip al-Ḥikam al-Aṭāiyyah koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Teks ini termasuk karya tasawuf dengan tiga bagian, yaitu aforisme, sejumlah surat yang berisi nasihat untuk sahabat atau muridnya, dan munajat kepada Tuhan. Fokus kajian ini terbagi menjadi dua. Pertama kajian filologis yaitu menyajikan edisi teks al-Ḥikam al-Aṭāiyyah yang telah dibersihkan dari kesalahan dan diterjemahkan sehingga kandungan dan keunikan teks salinan al-Ḥikam dapat diketahui oleh masyarakat luas. Kedua secara etnografis, yaitu pelisanan teks al-Ḥikam yang digunakan sebagai penyebaran nilai-nilai sufisme di masyarakat miskin perkotaan yang sangat kompleks, khususnya masyarakat industri pelabuhan di Cilincing, Jakarta Utara. Pelisanan teks al-Ḥikam sebagai teks sufisme yang berkembang dalam tradisi Syadziliyyah dapat digunakan oleh pendukung tradisi Qadiriyyah-Naqsyabandiyyah. Pelisanan teks al-Ḥikam ini lazimnya dilakukan di dalam pesantren, majelis taklim di aula maupun di masjid, atau kafe dengan jamaah yang terdiri atas masyarakat kelas menengah perkotaan, tetapi di masyarakat miskin industri pelabuhan di Jakarta Utara. Pelisanan secara intensif teks al-Ḥikam merupakan salah satu cara ekspresi sufisme yang diambil pendukung tarekat Qadiriyyah-Naqsyabandiyyah untuk menghadapi situasi sosial tertentu. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. 113Jumantara Vol. 9 Tahun 2018naskah ini memuat peperangan antara kesatria denganraksaksa meliputi iringan tari, gerakan tari Karna Tandhing,pola lantai, dan percakapan serta diungkapkan nilai-nilaikepahlawanan dari lakon tari Karna Tandhing. Wening Pawestri dalam artikelnya yang berjudulKritik Naskah Kodikologi atas Naskah Sejarah Ragaselamengkaji komponen fisik naskah atau kodeks yang terdiridari inventarisasi naskah, deskripsi naskah, kekerabatanantarnaskah, dan penentuan naskah edisi. SelanjutnyaSyaiful Rohman membahas nasihat-nasihat atau piwulangdalam Serat Darmasaloka. Kemudian Noor Ilmi Amalia,mengungkapkan gambaran peran ibu dalam pola asuh danpendidikan anak yang terdapat dalam naskah Wawacan BinEtam. Kemudian, Tedi Permadi membandingkan tiga surattegel tanah tahun 1903, 1906 dan 1911 yang berasal daridaerah Priangan, Jawa Barat. Terakhir, Ahmad RijalNasrullah dan Ade Kosasih membahas subtansi danmetodologi filologi sebagaimana tercakup dalam keilmuanfilologi. Dalam artikel ini, beliau juga dibahas penerapanmetode dan teori filologi pada Naskah Kumpulan Mantrayang didapatkan dari penelitian lapangan di penerbitan Jumantara edisi ini bisa memberiinformasi dan manfaat kepada pembaca, khususnyainformasi yang berkaitan dengan kajian naskah mengharapkan para pembaca untuk mengirimartikel-artikel yang berisi kajian yang bersumber darinaskah kuno Nusantara. Kami menerima kritik dan saranpenyempurna demi keberlangsungan penerbitan Jumantarayang lebih baik. Selamat membaca dan terima RedaksiviiA l h a f iz K u r n ia w a nM an uskrip A l-Ḥik a m E d i s i T e k s d a n T e r j e m a h a nAbstrakTesis ini mengkaji tentang manuskrip al-Ḥikam al-Aṭāiyyahkoleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Teks initermasuk karya tasawuf dengan tiga bagian, yaitu aforisme,sejumlah surat yang berisi nasihat untuk sahabat ataumuridnya, dan munajat kepada Tuhan. Fokus kajian ini terbagimenjadi dua. Pertama kajian filologis yaitu menyajikan edisiteks al-Ḥikam al-Aṭāiyyah yang telah dibersihkan darikesalahan dan diterjemahkan sehingga kandungan dankeunikan teks salinan al-Ḥikam dapat diketahui olehmasyarakat luas. Kedua secara etnografis, yaitu pelisanan teksal-Ḥikam yang digunakan sebagai penyebaran nilai-nilaisufisme di masyarakat miskin perkotaan yang sangatkompleks, khususnya masyarakat industri pelabuhan diCilincing, Jakarta Utara. Pelisanan teks al-Ḥikam sebagai tekssufisme yang berkembang dalam tradisi Syadziliyyah dapatdigunakan oleh pendukung tradisi Qadiriyyah-Naqsyabandiyyah. Pelisanan teks al-Ḥikam ini lazimnyadilakukan di dalam pesantren, majelis taklim di aula maupun dimasjid, atau kafe dengan jamaah yang terdiri atas masyarakatkelas menengah perkotaan, tetapi di masyarakat miskinindustri pelabuhan di Jakarta Utara. Pelisanan secara intensifteks al-Ḥikam merupakan salah satu cara ekspresi sufismeyang diambil pendukung tarekat Qadiriyyah-Naqsyabandiyyahuntuk menghadapi situasi sosial kunci al-Ḥikam, sufisme, filologi, manuskrip, kelisanan, Vol. 9 Tahun 2018Yudhi IrawanKere, W. P. 1815. W. P. Kree’s letter to Raffles dated 9April 1815, bundel Buitenland Penang number11, Jakarta Arsip Nasional Republik Government Gazette, vol. I July 4th 1812.108 114 Jumantara Vol. 9 Tahun 2018hubungan antara naskah mantra pertanian dengan naskahilmu falak/perbintangan yang digunakan untuk menghitungserta menentukan kapan dan padi jenis apa yang harusditanam, dengan cara pengolahan yang bagaimana, mantraapa yang harus dibacakan, dan kapan padi itu harusdipanen, dengan cara bagaimana padi itu dipelihara agarhasilnya memuaskan. Artikel selanjutnya ditulis oleh YudiIrawan. Ia mengungkapkan catatan-catatan sejarah dalamBabad Sepehi. Babad Sepehi berisi peristiwa di masapemerintah kolonial Inggris berkuasa di Jawa, menceritakan keterlibatan pasukan Sepoy—orang Jawaatau teks-teks Jawa sering kali menuliskan kata Sepoydengan Sepehi, Sepei, Spehi, Sepahi, atau Sipahi—dalampenyerbuan Keraton Yogya, 18 Juni-20 Juni 1812. OrangJawa mengenang peristiwa penyerbuan ini sebagai peristiwa“Geger Sepehi”.Alhafiz Kurniawan membahas naskah Al ini termasuk karya tasawuf dengan tiga bagian, yaituaforisme, sejumlah surat yang berisi nasihat untuk sahabatatau muridnya, dan munajat kepada Tuhan. Fokus kajian initerbagi menjadi dua. Pertama kajian filologis yaitumenyajikan edisi teks al-Ḥikam al-Aṭāiyyah yang telahdibersihkan dari kesalahan dan diterjemahkan sehinggakandungan dan keunikan teks salinan al-Ḥikam dapatdiketahui oleh masyarakat luas. Kedua secara etnografis,yaitu pelisanan teks al-Ḥikam yang digunakan sebagaipenyebaran nilai-nilai sufisme di masyarakat miskinperkotaan yang sangat kompleks, khususnya masyarakatindustri pelabuhan di Cilincing, Jakarta Utara. Tia RizkiSetiawati membahas Kisah dan Fir’aun dan Nabi Musapada naskah Maslaku al-Irfān Fī Sīrati Sayyidinā MūsāWa Fir’aun yang merupakan salah satu produk PesantrenGentur, Kemudian Surya Hema Malini dan DandungAdityo Argo Prasetyo membahas adanya kesalahan-kesalahan serta kandungan isi tentang deskripsi tari KarnaTandhing dalam naskah Pratèlan Bêksa Wirèng KarnaTandhing Kaliyan Janak. Setelah melalui cara kerja filologiviJumantara Vol. 9 Tahun 2018Manuskrip Al-Ḥikam Edisi Teks dan Terjemahanini. Bahkan dalam satu abad lahir sejumlah karya anotasiterhadap karya Ashim Ibrahim Al-Kayyali dalam pengantar untukIḥkam al-Ḥikam karya Al-Iqshara’i yang wafat pada 908 Hatau abad ke-15 M, mencatat sedikitnya 55 karya anotasiberbahasa Arab terhadap teks al-Ḥikam, baik anotasi panjangmaupun anotasi singkat. Tentu saja jumlah ini belum termasukanotasi yang ditulis dalam bahasa lokal dalam konteksNusantara adalah Jawi, yaitu anotasi al-Ḥikam karya KHSholeh Darat dan anotasi berbahasa lokal di belahan Ashim Al-Kayyali menyebut karya anotasi tertuaadalah Gaytsu al-Mawāhib al-Aliyyah fi Syarḥi al-Ḥikamial-Aṭāiyyati karya Syekh Ibnu Abbad yang wafat pada 792 Hatau abad ke-14 M. Sementara Laman Thesaurus ofIndonesian Islamic Manuscripts yang dikelola PuslitbangLektur dan Khazanah Keagamaan, MORA Center for theStudy of Islam and Society, Syarif Hidayatullah State IslamicUniversity menyebut Gāyatu al-Mawāhibi al-Aliyyah fi Syarḥial-Ḥikami al-Aṭāiyyati sebagai judul anotasi karya Syekh IbnuAbbad. Judul karya pada satu anotasi ini sudah terdapat atas al-Ḥikam tidak hanya ditandai denganbanyaknya anotasi yang ditulis oleh banyak orang. Penerimaanterhadap al-Ḥikam bahkan ditunjukkan dengan banyaknyaanotasi yang ditulis oleh satu orang. Grand Syekh al-AzharProf Dr Abdul Halim Mahmud, dalam pengantar untuk Syarḥual-Ḥikami karya Ahmad Zarruq al-Fasi yang wafat pada 899 Hatau abad ke-15 M, menyebutkan bahwa Syekh Ahmad Zarruqtercatat lebih dari 30 kali membuat anotasi atas Ahmad Zarruq yang sering mengalami transmembuatnya menulis anotasi berkali-kali. “Syaraḥ al-Ḥikamyang ada di tangan kita ini adalah anotasi ke-17 yang dicatatoleh Syekh Ahmad Zarruq.”Semua anotasi terhadap al-Ḥikam didasarkan padamanuskrip berbeda. Syarah al-Ḥikam karya Syekh AhmadZarruq didasarkan pada naskah tua koleksi Maktabah al-Najahdi Toroblus dan dua naskah, yaitu di al-Maktabah al-111Jumantara Vol. 9 Tahun 2018Alhafiz KurniawanThe Al-Ḥikam Manuscript Text Edition and TranslationAbstractThis thesis examines the manuscript of al-Ḥikam al-Aṭāiyyahcollection of the National Library of the Republic of text includes the work of Sufism with three parts, namelyaphorism, a number of letters containing advice for friends orstudents, and munajat to God. The focus of this study isdivided into two. The first philological study is to present anedition of the text of al-Ḥikam al-Aṭāiyyah which has beencleared of error and translated so that the content anduniqueness of the text of the copy of al-Ḥikam can be known bythe public. Second ethnographically, namely the oralitizing ofthe text of al-Ḥikam which is used as the spread of Sufismvalues in a very complex urban poor community, especially theport industry community in Cilincing, North Jakarta. Thepassage of the text of al-Ḥikam as a text of Sufism thatdeveloped in the Syadziliyyah tradition can be used bysupporters of the Qadiriyyah-Naqshabandiyyah tradition. Theoralitizing of the text of al-Ḥikam is commonly carried out inpesantren, majelis taklim in the hall and in mosques, or cafeswith worshipers consisting of urban middle class people, butin the poor port industry in North Jakarta. Intensive oralitizingof al-Ḥikam texts is one of the ways of expressing Sufism takenby supporters of the Qadiriyyah-Naqshabandiyyah order todeal with certain social al-Ḥikam, sufism, philology, manuscript, orality, al-Aṭāiyyah adalah karya populer di lingkunganmereka yang mengkaji tasawuf. Teks ini merupakan karyaterkenal di kalangan peminat kajian tasawuf di Indonesia. Teksini telah berulang kali dicetak. Karya ini ditulis pada abad ke-13 M. Karya ini mendapat apresiasi luar biasa dari masyarakatsejak pertama kali karya ini keluar. Hampir setiap abad selaluada orang yang menulis anotasi atau sejenis syarah atas karya 115Jumantara Vol. 9 Tahun 2018naskah ini memuat peperangan antara kesatria denganraksaksa meliputi iringan tari, gerakan tari Karna Tandhing,pola lantai, dan percakapan serta diungkapkan nilai-nilaikepahlawanan dari lakon tari Karna Tandhing. Wening Pawestri dalam artikelnya yang berjudulKritik Naskah Kodikologi atas Naskah Sejarah Ragaselamengkaji komponen fisik naskah atau kodeks yang terdiridari inventarisasi naskah, deskripsi naskah, kekerabatanantarnaskah, dan penentuan naskah edisi. SelanjutnyaSyaiful Rohman membahas nasihat-nasihat atau piwulangdalam Serat Darmasaloka. Kemudian Noor Ilmi Amalia,mengungkapkan gambaran peran ibu dalam pola asuh danpendidikan anak yang terdapat dalam naskah Wawacan BinEtam. Kemudian, Tedi Permadi membandingkan tiga surattegel tanah tahun 1903, 1906 dan 1911 yang berasal daridaerah Priangan, Jawa Barat. Terakhir, Ahmad RijalNasrullah dan Ade Kosasih membahas subtansi danmetodologi filologi sebagaimana tercakup dalam keilmuanfilologi. Dalam artikel ini, beliau juga dibahas penerapanmetode dan teori filologi pada Naskah Kumpulan Mantrayang didapatkan dari penelitian lapangan di penerbitan Jumantara edisi ini bisa memberiinformasi dan manfaat kepada pembaca, khususnyainformasi yang berkaitan dengan kajian naskah mengharapkan para pembaca untuk mengirimartikel-artikel yang berisi kajian yang bersumber darinaskah kuno Nusantara. Kami menerima kritik dan saranpenyempurna demi keberlangsungan penerbitan Jumantarayang lebih baik. Selamat membaca dan terima RedaksiviiJumantara Vol. 9 Tahun 2018Manuskrip Al-Ḥikam Edisi Teks dan Terjemahanini. Bahkan dalam satu abad lahir sejumlah karya anotasiterhadap karya Ashim Ibrahim Al-Kayyali dalam pengantar untukIḥkam al-Ḥikam karya Al-Iqshara’i yang wafat pada 908 Hatau abad ke-15 M, mencatat sedikitnya 55 karya anotasiberbahasa Arab terhadap teks al-Ḥikam, baik anotasi panjangmaupun anotasi singkat. Tentu saja jumlah ini belum termasukanotasi yang ditulis dalam bahasa lokal dalam konteksNusantara adalah Jawi, yaitu anotasi al-Ḥikam karya KHSholeh Darat dan anotasi berbahasa lokal di belahan Ashim Al-Kayyali menyebut karya anotasi tertuaadalah Gaytsu al-Mawāhib al-Aliyyah fi Syarḥi al-Ḥikamial-Aṭāiyyati karya Syekh Ibnu Abbad yang wafat pada 792 Hatau abad ke-14 M. Sementara Laman Thesaurus ofIndonesian Islamic Manuscripts yang dikelola PuslitbangLektur dan Khazanah Keagamaan, MORA Center for theStudy of Islam and Society, Syarif Hidayatullah State IslamicUniversity menyebut Gāyatu al-Mawāhibi al-Aliyyah fi Syarḥial-Ḥikami al-Aṭāiyyati sebagai judul anotasi karya Syekh IbnuAbbad. Judul karya pada satu anotasi ini sudah terdapat atas al-Ḥikam tidak hanya ditandai denganbanyaknya anotasi yang ditulis oleh banyak orang. Penerimaanterhadap al-Ḥikam bahkan ditunjukkan dengan banyaknyaanotasi yang ditulis oleh satu orang. Grand Syekh al-AzharProf Dr Abdul Halim Mahmud, dalam pengantar untuk Syarḥual-Ḥikami karya Ahmad Zarruq al-Fasi yang wafat pada 899 Hatau abad ke-15 M, menyebutkan bahwa Syekh Ahmad Zarruqtercatat lebih dari 30 kali membuat anotasi atas Ahmad Zarruq yang sering mengalami transmembuatnya menulis anotasi berkali-kali. “Syaraḥ al-Ḥikamyang ada di tangan kita ini adalah anotasi ke-17 yang dicatatoleh Syekh Ahmad Zarruq.”Semua anotasi terhadap al-Ḥikam didasarkan padamanuskrip berbeda. Syarah al-Ḥikam karya Syekh AhmadZarruq didasarkan pada naskah tua koleksi Maktabah al-Najahdi Toroblus dan dua naskah, yaitu di al-Maktabah al-Jumantara Vol. 9 Tahun 2018Alhafiz KurniawanThe Al-Ḥikam Manuscript Text Edition and TranslationAbstractThis thesis examines the manuscript of al-Ḥikam al-Aṭāiyyahcollection of the National Library of the Republic of text includes the work of Sufism with three parts, namelyaphorism, a number of letters containing advice for friends orstudents, and munajat to God. The focus of this study isdivided into two. The first philological study is to present anedition of the text of al-Ḥikam al-Aṭāiyyah which has beencleared of error and translated so that the content anduniqueness of the text of the copy of al-Ḥikam can be known bythe public. Second ethnographically, namely the oralitizing ofthe text of al-Ḥikam which is used as the spread of Sufismvalues in a very complex urban poor community, especially theport industry community in Cilincing, North Jakarta. Thepassage of the text of al-Ḥikam as a text of Sufism thatdeveloped in the Syadziliyyah tradition can be used bysupporters of the Qadiriyyah-Naqshabandiyyah tradition. Theoralitizing of the text of al-Ḥikam is commonly carried out inpesantren, majelis taklim in the hall and in mosques, or cafeswith worshipers consisting of urban middle class people, butin the poor port industry in North Jakarta. Intensive oralitizingof al-Ḥikam texts is one of the ways of expressing Sufism takenby supporters of the Qadiriyyah-Naqshabandiyyah order todeal with certain social al-Ḥikam, sufism, philology, manuscript, orality, al-Aṭāiyyah adalah karya populer di lingkunganmereka yang mengkaji tasawuf. Teks ini merupakan karyaterkenal di kalangan peminat kajian tasawuf di Indonesia. Teksini telah berulang kali dicetak. Karya ini ditulis pada abad ke-13 M. Karya ini mendapat apresiasi luar biasa dari masyarakatsejak pertama kali karya ini keluar. Hampir setiap abad selaluada orang yang menulis anotasi atau sejenis syarah atas karya110 116 Jumantara Vol. 9 Tahun 2018hubungan antara naskah mantra pertanian dengan naskahilmu falak/perbintangan yang digunakan untuk menghitungserta menentukan kapan dan padi jenis apa yang harusditanam, dengan cara pengolahan yang bagaimana, mantraapa yang harus dibacakan, dan kapan padi itu harusdipanen, dengan cara bagaimana padi itu dipelihara agarhasilnya memuaskan. Artikel selanjutnya ditulis oleh YudiIrawan. Ia mengungkapkan catatan-catatan sejarah dalamBabad Sepehi. Babad Sepehi berisi peristiwa di masapemerintah kolonial Inggris berkuasa di Jawa, menceritakan keterlibatan pasukan Sepoy—orang Jawaatau teks-teks Jawa sering kali menuliskan kata Sepoydengan Sepehi, Sepei, Spehi, Sepahi, atau Sipahi—dalampenyerbuan Keraton Yogya, 18 Juni-20 Juni 1812. OrangJawa mengenang peristiwa penyerbuan ini sebagai peristiwa“Geger Sepehi”.Alhafiz Kurniawan membahas naskah Al ini termasuk karya tasawuf dengan tiga bagian, yaituaforisme, sejumlah surat yang berisi nasihat untuk sahabatatau muridnya, dan munajat kepada Tuhan. Fokus kajian initerbagi menjadi dua. Pertama kajian filologis yaitumenyajikan edisi teks al-Ḥikam al-Aṭāiyyah yang telahdibersihkan dari kesalahan dan diterjemahkan sehinggakandungan dan keunikan teks salinan al-Ḥikam dapatdiketahui oleh masyarakat luas. Kedua secara etnografis,yaitu pelisanan teks al-Ḥikam yang digunakan sebagaipenyebaran nilai-nilai sufisme di masyarakat miskinperkotaan yang sangat kompleks, khususnya masyarakatindustri pelabuhan di Cilincing, Jakarta Utara. Tia RizkiSetiawati membahas Kisah dan Fir’aun dan Nabi Musapada naskah Maslaku al-Irfān Fī Sīrati Sayyidinā MūsāWa Fir’aun yang merupakan salah satu produk PesantrenGentur, Kemudian Surya Hema Malini dan DandungAdityo Argo Prasetyo membahas adanya kesalahan-kesalahan serta kandungan isi tentang deskripsi tari KarnaTandhing dalam naskah Pratèlan Bêksa Wirèng KarnaTandhing Kaliyan Janak. Setelah melalui cara kerja filologiviJumantara Vol. 9 Tahun 2018 al-Ḥikam al-Hikamal-Hikam al-Ḥikam al-Ḥikam al-Ḥikam al-Aṭā’iyyah, al-Ḥikam al-Aṭā’iyyah waGairuha, Iżā aradta an yaftaḥa laka bāba al-rajā’i, fa isyhad mā minhu ilayka. Iżā aradta an yaftaḥa laka bāba al-ḥuzni, fa isyhad mā minka ilayhiIżā aradta an yaftaḥa laka bāba al-rajā’i, fa isyhad mā minhu ilayka. Iżā aradta an yaftaḥa laka bāba al-khawfi, fa isyhad mā minka ilayhi113Jumantara Vol. 9 Tahun 2018Alhafiz KurniawanTaimuriyah dan di al-Maktabah al-Dar. Menurut Syekh AbdulHalim, edisi teks Syarah al-Ḥikam karya Syekh Ahmad Zarruqdibuat setelah penelitian filologi atas tiga naskah teks anotasi al-Ḥikam karya Al-Iqshara’i dibuatdengan dasar naskah tunggal. Edisi teks karya Al-Iqshara’idibuat atas dasar manuskrip yang disalin oleh Ali bin Ibrahimal-Syafi’i pada Ahad di awal bulan Shafar 1202 H. Hanya sajakolofon naskah ini tidak memberikan informasi terkait al-Ḥikam ditulis oleh Syekh Ibn Athaillah, seorangulama mazhab Maliki yang hidup di Mesir pada abad ke-13 lahir di Iskandariyah pada 648 H atau 1259 M dan wafat diMadrasah al-Mansuriyah, Mesir pada 13 Jumadil Akhir 709 Hatau 1309 M. Ia dimakamkan di zawiatnya yang terletak dikaki bukit al-Muqaṭṭam, Mesir. Makamnya ramai dikunjungiorang dengan pelbagai kepentingan hingga kini. Teks inidibacakan oleh Syekh Ibn Athaillah kepada salah seorangmuridnya, Taqiyyuddin al-Subki yang merupakan salahseorang pemuka madzhab Syafii. Swedan, 1997 8.Pandangan-pandangan sufisme dalam al-Ḥikam ini jugadimasukkan oleh al-Subki di akhir karya usul fiqihnya yangsangat terkenal, Jamul Jawami. Dari al-Subki ini, teks al-Ḥikam muncul kemudian dengan pelbagai al-Ḥikam tidak dapat dilepaskan dari tarekatSyadziliyah yang didirikan oleh Abu Al-Hasan Al-Syadzilipada abad ke-12 M. Syekh Ibn Athaillah tumbuh dalam tradisiSyadziliyah. Ia berguru selama 12 tahun kepada Syekh Abu al-Abbas al-Mursi, penerus kepemimpinan tarekat Syadziliyahsepeninggal Abu Al-Hasan Al-Syadzili. Syekh Ibn Athaillahkemudian menjadi pemimpin tarekat Syadziliyah sepeninggalAl-Mursi. Pengaruh pandangan sufisme tarekat Syadziliyahmasuk ke dalam teks al-Ḥikam. Pengaruh Syadziliyah ini jugamasuk ke dalam karya Syekh Ibn Athaillah lainnya, yaitu al-Tanwīr, Miftāhu al-Falāti, Tāju al-Arūsi, Unwānu al-Tawfīqi,al-Qawlu al-Mujarradu, dan sejumlah karya al-Ḥikam berisi hampir 300 larik. Semua larikmenjelaskan pandangan-pandangan sufisme. Teks ini terbagi 117Jumantara Vol. 9 Tahun 2018naskah ini memuat peperangan antara kesatria denganraksaksa meliputi iringan tari, gerakan tari Karna Tandhing,pola lantai, dan percakapan serta diungkapkan nilai-nilaikepahlawanan dari lakon tari Karna Tandhing. Wening Pawestri dalam artikelnya yang berjudulKritik Naskah Kodikologi atas Naskah Sejarah Ragaselamengkaji komponen fisik naskah atau kodeks yang terdiridari inventarisasi naskah, deskripsi naskah, kekerabatanantarnaskah, dan penentuan naskah edisi. SelanjutnyaSyaiful Rohman membahas nasihat-nasihat atau piwulangdalam Serat Darmasaloka. Kemudian Noor Ilmi Amalia,mengungkapkan gambaran peran ibu dalam pola asuh danpendidikan anak yang terdapat dalam naskah Wawacan BinEtam. Kemudian, Tedi Permadi membandingkan tiga surattegel tanah tahun 1903, 1906 dan 1911 yang berasal daridaerah Priangan, Jawa Barat. Terakhir, Ahmad RijalNasrullah dan Ade Kosasih membahas subtansi danmetodologi filologi sebagaimana tercakup dalam keilmuanfilologi. Dalam artikel ini, beliau juga dibahas penerapanmetode dan teori filologi pada Naskah Kumpulan Mantrayang didapatkan dari penelitian lapangan di penerbitan Jumantara edisi ini bisa memberiinformasi dan manfaat kepada pembaca, khususnyainformasi yang berkaitan dengan kajian naskah mengharapkan para pembaca untuk mengirimartikel-artikel yang berisi kajian yang bersumber darinaskah kuno Nusantara. Kami menerima kritik dan saranpenyempurna demi keberlangsungan penerbitan Jumantarayang lebih baik. Selamat membaca dan terima RedaksiviiJumantara Vol. 9 Tahun 2018 al-Ḥikam al-Hikamal-Hikam al-Ḥikam al-Ḥikam al-Ḥikam al-Aṭā’iyyah, al-Ḥikam al-Aṭā’iyyah waGairuha, Iżā aradta an yaftaḥa laka bāba al-rajā’i, fa isyhad mā minhu ilayka. Iżā aradta an yaftaḥa laka bāba al-ḥuzni, fa isyhad mā minka ilayhiIżā aradta an yaftaḥa laka bāba al-rajā’i, fa isyhad mā minhu ilayka. Iżā aradta an yaftaḥa laka bāba al-khawfi, fa isyhad mā minka ilayhiJumantara Vol. 9 Tahun 2018Alhafiz KurniawanTaimuriyah dan di al-Maktabah al-Dar. Menurut Syekh AbdulHalim, edisi teks Syarah al-Ḥikam karya Syekh Ahmad Zarruqdibuat setelah penelitian filologi atas tiga naskah teks anotasi al-Ḥikam karya Al-Iqshara’i dibuatdengan dasar naskah tunggal. Edisi teks karya Al-Iqshara’idibuat atas dasar manuskrip yang disalin oleh Ali bin Ibrahimal-Syafi’i pada Ahad di awal bulan Shafar 1202 H. Hanya sajakolofon naskah ini tidak memberikan informasi terkait al-Ḥikam ditulis oleh Syekh Ibn Athaillah, seorangulama mazhab Maliki yang hidup di Mesir pada abad ke-13 lahir di Iskandariyah pada 648 H atau 1259 M dan wafat diMadrasah al-Mansuriyah, Mesir pada 13 Jumadil Akhir 709 Hatau 1309 M. Ia dimakamkan di zawiatnya yang terletak dikaki bukit al-Muqaṭṭam, Mesir. Makamnya ramai dikunjungiorang dengan pelbagai kepentingan hingga kini. Teks inidibacakan oleh Syekh Ibn Athaillah kepada salah seorangmuridnya, Taqiyyuddin al-Subki yang merupakan salahseorang pemuka madzhab Syafii. Swedan, 1997 8.Pandangan-pandangan sufisme dalam al-Ḥikam ini jugadimasukkan oleh al-Subki di akhir karya usul fiqihnya yangsangat terkenal, Jamul Jawami. Dari al-Subki ini, teks al-Ḥikam muncul kemudian dengan pelbagai al-Ḥikam tidak dapat dilepaskan dari tarekatSyadziliyah yang didirikan oleh Abu Al-Hasan Al-Syadzilipada abad ke-12 M. Syekh Ibn Athaillah tumbuh dalam tradisiSyadziliyah. Ia berguru selama 12 tahun kepada Syekh Abu al-Abbas al-Mursi, penerus kepemimpinan tarekat Syadziliyahsepeninggal Abu Al-Hasan Al-Syadzili. Syekh Ibn Athaillahkemudian menjadi pemimpin tarekat Syadziliyah sepeninggalAl-Mursi. Pengaruh pandangan sufisme tarekat Syadziliyahmasuk ke dalam teks al-Ḥikam. Pengaruh Syadziliyah ini jugamasuk ke dalam karya Syekh Ibn Athaillah lainnya, yaitu al-Tanwīr, Miftāhu al-Falāti, Tāju al-Arūsi, Unwānu al-Tawfīqi,al-Qawlu al-Mujarradu, dan sejumlah karya al-Ḥikam berisi hampir 300 larik. Semua larikmenjelaskan pandangan-pandangan sufisme. Teks ini terbagi112 118 Jumantara Vol. 9 Tahun 2018hubungan antara naskah mantra pertanian dengan naskahilmu falak/perbintangan yang digunakan untuk menghitungserta menentukan kapan dan padi jenis apa yang harusditanam, dengan cara pengolahan yang bagaimana, mantraapa yang harus dibacakan, dan kapan padi itu harusdipanen, dengan cara bagaimana padi itu dipelihara agarhasilnya memuaskan. Artikel selanjutnya ditulis oleh YudiIrawan. Ia mengungkapkan catatan-catatan sejarah dalamBabad Sepehi. Babad Sepehi berisi peristiwa di masapemerintah kolonial Inggris berkuasa di Jawa, menceritakan keterlibatan pasukan Sepoy—orang Jawaatau teks-teks Jawa sering kali menuliskan kata Sepoydengan Sepehi, Sepei, Spehi, Sepahi, atau Sipahi—dalampenyerbuan Keraton Yogya, 18 Juni-20 Juni 1812. OrangJawa mengenang peristiwa penyerbuan ini sebagai peristiwa“Geger Sepehi”.Alhafiz Kurniawan membahas naskah Al ini termasuk karya tasawuf dengan tiga bagian, yaituaforisme, sejumlah surat yang berisi nasihat untuk sahabatatau muridnya, dan munajat kepada Tuhan. Fokus kajian initerbagi menjadi dua. Pertama kajian filologis yaitumenyajikan edisi teks al-Ḥikam al-Aṭāiyyah yang telahdibersihkan dari kesalahan dan diterjemahkan sehinggakandungan dan keunikan teks salinan al-Ḥikam dapatdiketahui oleh masyarakat luas. Kedua secara etnografis,yaitu pelisanan teks al-Ḥikam yang digunakan sebagaipenyebaran nilai-nilai sufisme di masyarakat miskinperkotaan yang sangat kompleks, khususnya masyarakatindustri pelabuhan di Cilincing, Jakarta Utara. Tia RizkiSetiawati membahas Kisah dan Fir’aun dan Nabi Musapada naskah Maslaku al-Irfān Fī Sīrati Sayyidinā MūsāWa Fir’aun yang merupakan salah satu produk PesantrenGentur, Kemudian Surya Hema Malini dan DandungAdityo Argo Prasetyo membahas adanya kesalahan-kesalahan serta kandungan isi tentang deskripsi tari KarnaTandhing dalam naskah Pratèlan Bêksa Wirèng KarnaTandhing Kaliyan Janak. Setelah melalui cara kerja filologiviJumantara Vol. 9 Tahun 2018laysaqurratu gayrihī qurratuaynin Ilāhī, inna al-qaḍā’a wa al-qadara galabānī. Ilāhī, inna al-qaḍā’a wa al-qadara galabanī, galabānī galabanī inna lāqasam lā Fa qālat, “Lā, wa Allāhi, lā asykuru illā Allāha.” Fa qālat, “Wa Allāhi, lā asykuru illā Allāha.” lā qasam lā qasam wawu 115Jumantara Vol. 9 Tahun 2018 al-ḥuzn al-khawf al-khawf al-rajā’ al-khawf al-rajā’ al-ḥuzn al-rajā’al-Ḥikam Ilāhī, kayfa takilunī ilā gayrika wa qad tawakkalta lī? Ilāhī, kayfa takilunī ilā nafsī wa qad tawakkalta lī? gayrika nafsī nafsī gayrikalaysaFa al-rasūlu ṣalawātu Allāhi wa salāmuhū alayhi laysa marifatuhū ka marifati gayrihī, wa laysa qurratu gayrihī ka qurratihīFa al-rasūlu ṣalawāt Allāhi alayhi wa salāmuhū laysamarifatu gayrihī ka marifatihī, fa laysa qurratuaynin ka qurratihīlaysa 119Jumantara Vol. 9 Tahun 2018naskah ini memuat peperangan antara kesatria denganraksaksa meliputi iringan tari, gerakan tari Karna Tandhing,pola lantai, dan percakapan serta diungkapkan nilai-nilaikepahlawanan dari lakon tari Karna Tandhing. Wening Pawestri dalam artikelnya yang berjudulKritik Naskah Kodikologi atas Naskah Sejarah Ragaselamengkaji komponen fisik naskah atau kodeks yang terdiridari inventarisasi naskah, deskripsi naskah, kekerabatanantarnaskah, dan penentuan naskah edisi. SelanjutnyaSyaiful Rohman membahas nasihat-nasihat atau piwulangdalam Serat Darmasaloka. Kemudian Noor Ilmi Amalia,mengungkapkan gambaran peran ibu dalam pola asuh danpendidikan anak yang terdapat dalam naskah Wawacan BinEtam. Kemudian, Tedi Permadi membandingkan tiga surattegel tanah tahun 1903, 1906 dan 1911 yang berasal daridaerah Priangan, Jawa Barat. Terakhir, Ahmad RijalNasrullah dan Ade Kosasih membahas subtansi danmetodologi filologi sebagaimana tercakup dalam keilmuanfilologi. Dalam artikel ini, beliau juga dibahas penerapanmetode dan teori filologi pada Naskah Kumpulan Mantrayang didapatkan dari penelitian lapangan di penerbitan Jumantara edisi ini bisa memberiinformasi dan manfaat kepada pembaca, khususnyainformasi yang berkaitan dengan kajian naskah mengharapkan para pembaca untuk mengirimartikel-artikel yang berisi kajian yang bersumber darinaskah kuno Nusantara. Kami menerima kritik dan saranpenyempurna demi keberlangsungan penerbitan Jumantarayang lebih baik. Selamat membaca dan terima RedaksiviiJumantara Vol. 9 Tahun 2018laysaqurratu gayrihī qurratuaynin Ilāhī, inna al-qaḍā’a wa al-qadara galabānī. Ilāhī, inna al-qaḍā’a wa al-qadara galabanī, galabānī galabanī inna lāqasam lā Fa qālat, “Lā, wa Allāhi, lā asykuru illā Allāha.” Fa qālat, “Wa Allāhi, lā asykuru illā Allāha.” lā qasam lā qasam wawu Jumantara Vol. 9 Tahun 2018 al-ḥuzn al-khawf al-khawf al-rajā’ al-khawf al-rajā’ al-ḥuzn al-rajā’al-Ḥikam Ilāhī, kayfa takilunī ilā gayrika wa qad tawakkalta lī? Ilāhī, kayfa takilunī ilā nafsī wa qad tawakkalta lī? gayrika nafsī nafsī gayrikalaysaFa al-rasūlu ṣalawātu Allāhi wa salāmuhū alayhi laysa marifatuhū ka marifati gayrihī, wa laysa qurratu gayrihī ka qurratihīFa al-rasūlu ṣalawāt Allāhi alayhi wa salāmuhū laysamarifatu gayrihī ka marifatihī, fa laysa qurratuaynin ka qurratihīlaysa114 120 Jumantara Vol. 9 Tahun 2018hubungan antara naskah mantra pertanian dengan naskahilmu falak/perbintangan yang digunakan untuk menghitungserta menentukan kapan dan padi jenis apa yang harusditanam, dengan cara pengolahan yang bagaimana, mantraapa yang harus dibacakan, dan kapan padi itu harusdipanen, dengan cara bagaimana padi itu dipelihara agarhasilnya memuaskan. Artikel selanjutnya ditulis oleh YudiIrawan. Ia mengungkapkan catatan-catatan sejarah dalamBabad Sepehi. Babad Sepehi berisi peristiwa di masapemerintah kolonial Inggris berkuasa di Jawa, menceritakan keterlibatan pasukan Sepoy—orang Jawaatau teks-teks Jawa sering kali menuliskan kata Sepoydengan Sepehi, Sepei, Spehi, Sepahi, atau Sipahi—dalampenyerbuan Keraton Yogya, 18 Juni-20 Juni 1812. OrangJawa mengenang peristiwa penyerbuan ini sebagai peristiwa“Geger Sepehi”.Alhafiz Kurniawan membahas naskah Al ini termasuk karya tasawuf dengan tiga bagian, yaituaforisme, sejumlah surat yang berisi nasihat untuk sahabatatau muridnya, dan munajat kepada Tuhan. Fokus kajian initerbagi menjadi dua. Pertama kajian filologis yaitumenyajikan edisi teks al-Ḥikam al-Aṭāiyyah yang telahdibersihkan dari kesalahan dan diterjemahkan sehinggakandungan dan keunikan teks salinan al-Ḥikam dapatdiketahui oleh masyarakat luas. Kedua secara etnografis,yaitu pelisanan teks al-Ḥikam yang digunakan sebagaipenyebaran nilai-nilai sufisme di masyarakat miskinperkotaan yang sangat kompleks, khususnya masyarakatindustri pelabuhan di Cilincing, Jakarta Utara. Tia RizkiSetiawati membahas Kisah dan Fir’aun dan Nabi Musapada naskah Maslaku al-Irfān Fī Sīrati Sayyidinā MūsāWa Fir’aun yang merupakan salah satu produk PesantrenGentur, Kemudian Surya Hema Malini dan DandungAdityo Argo Prasetyo membahas adanya kesalahan-kesalahan serta kandungan isi tentang deskripsi tari KarnaTandhing dalam naskah Pratèlan Bêksa Wirèng KarnaTandhing Kaliyan Janak. Setelah melalui cara kerja filologiviJumantara Vol. 9 Tahun 2018Manuskrip Al-Ḥikam Edisi Teks dan TerjemahanKarya ini cukup dikenal di lingkungan pesantren. DiIndonesia teks ini diajarkan di pesantren-pesantren selain dimasjid-masjid. Kitab al-Ḥikam diajarkan untuk jenjang santrikelas menengah. Dalam sistem klasikal, Kitab al-Ḥikamdiajarkan kepada santri tingkat tsanawiyah dan aliyah.Bruinessen, 2012 184. Hal ini bisa dimaklumi karena untukmemahami larik-larik al-Ḥikam diperlukan kemampuangramatikal yang baik dan kematangan berpikir yang memadaimengingat kandungan-kandungan dari ungkapan di dalamnyayang sering tidak lazim. Kitab ini dibaca hanya matannya sajaatau berikut kiai dan santri umumnya menggunakan sebuah kitabdengan dua syarah al-Ḥikam berbahasa dan beraksara Arabpada bagian luar dan bagian dalam kitab. Bagian dalam kitabini memuat Gāyatu al-Mawāhibi al-Aliyyati karya Ibnu Abbaddengan anotasi cukup panjang. Bagian luar adalah syarah al-Ḥikam karya Syekh Syarqawi al-Khalwati dengan anotasisingkat yang lebih menjelaskan makna yang dimaksud. Kitabini mudah didapat di toko-toko kitab atau toko buku agamaIslam. Teks kitab ini dicetak di kertas kuning dan tipis yangumumnya produksi dalam negeri, yaitu Surabaya, Bandung,Semarang. Harga kitab ini dengan sampul tipis sebesar pada tahun 2009 M di dua dasawarsa belakangan ini, para kiai dan santrimemiliki syarah al-Ḥikam terutama cetakan Timur Tengahselain teks al-Ḥikam dan syarahnya produksi dalam negeri ituseiring dengan akses lalu lalang dan arus pergi-datangIndonesia-Timur Tengah semakin cepat, pertukaran mahasiswakeduanya yang semakin lazim, dan akses teks al-Ḥikam digitalyang dengan mudah diunggah. Dalam rentang waktu tersebut,mereka memiliki Syaraḥ al-Ḥikam yang ditulis oleh ulamalain, yaitu Syekh Zarruq, Ibnu Ajibah, Ibrahim al-Iqshara’i,dan Syekh Said Ramadhan al-Buthi di samping Ibnu Abbaddan Syarqawi. Dengan demikian, mereka memiliki koleksisyarah al-Ḥikam yang lebih banyak dari para kiai mereka danpara santri terdahulu. Mereka juga menghadapi pelbagai varianteks al-Ḥikam yang tersebar di koleksi naskah Vol. 9 Tahun 2018Alhafiz Kurniawansemacam ini memperkaya teks al-Ḥikam yang beredar dimasyarakat. Varian yang sudah disebutkan hanya sedikit sajadari apa yang tertulis di naskah A 180, naskah A 402, dannaskah A 554. Pada Bab III akan lebih banyak lagi ditemukanvarian-varian teks al-Ḥikam berbahasa Arab pada koleksiPerpustakaan Nasional Republik Indonesia. Sementarapercetakan dan persebaran teks al-Ḥikam di masyarakat tidakmenghalangi kerja edisi teks dan kerja filologis lainnya karenanaskah al-Ḥikam koleksi Perpustakaan Nasional RepublikIndonesia menyimpan varian yang tidak terdapat pada tekscetak al-Ḥikam. Sementara teks cetak sendiri bukan sesuatuyang sudah jadi, mantap, dan mapan. Teks cetak hanya salahsatu varian naskah yang diangkat untuk naik cetak setelahmelewati proses yang rumit dan banyak variabel seperti akandijelaskan lebih lanjut terkait kedudukan teks cetak dalamtimbangan kajian filologis pada Bab Indonesia sendiri, teks al-Ḥikam diterima danditanggapi dengan baik. Persebaran teks ini mencakupSumatera, Jawa, dan Kalimantan. Hal ini ditandai denganpenerjemahan al-Ḥikam ke dalam bahasa Melayu dan jugabahasa Jawa. Penerjemahan al-Ḥikam dilakukan oleh KHSholeh Darat Semarang 1830 M-1903 M denganmenggunakan bahasa Jawa dan aksara pegon pada 1289H/1868 al-Ḥikam adalah kumpulan wejangan-wejangantasawuf terkenal yang dikarang Ibn Athaillah al-Iskandari. Beberapa terjemahan dan syarahnya dapatditemukan di Indonesia. di antaranya, yang layakdisebut, adalah Ḥikam Melayu anonim, SyaraḥḤikam oleh M Ibrahim al-Nafizi al-Rindi dan kitabberbahasa Melayu Tāj al-Arūs karya Utsman al-Pontiani dan juga Ḥikam berbahasa Jawa oleh SalehDarat dari Semarang serta beberapa versi modernnya,terutama kitab syarah setebal empat jilid yang disusunoleh ulama Aceh KH Muhibbudin Wali. Bruinessen,2012 188-189. 121Jumantara Vol. 9 Tahun 2018naskah ini memuat peperangan antara kesatria denganraksaksa meliputi iringan tari, gerakan tari Karna Tandhing,pola lantai, dan percakapan serta diungkapkan nilai-nilaikepahlawanan dari lakon tari Karna Tandhing. Wening Pawestri dalam artikelnya yang berjudulKritik Naskah Kodikologi atas Naskah Sejarah Ragaselamengkaji komponen fisik naskah atau kodeks yang terdiridari inventarisasi naskah, deskripsi naskah, kekerabatanantarnaskah, dan penentuan naskah edisi. SelanjutnyaSyaiful Rohman membahas nasihat-nasihat atau piwulangdalam Serat Darmasaloka. Kemudian Noor Ilmi Amalia,mengungkapkan gambaran peran ibu dalam pola asuh danpendidikan anak yang terdapat dalam naskah Wawacan BinEtam. Kemudian, Tedi Permadi membandingkan tiga surattegel tanah tahun 1903, 1906 dan 1911 yang berasal daridaerah Priangan, Jawa Barat. Terakhir, Ahmad RijalNasrullah dan Ade Kosasih membahas subtansi danmetodologi filologi sebagaimana tercakup dalam keilmuanfilologi. Dalam artikel ini, beliau juga dibahas penerapanmetode dan teori filologi pada Naskah Kumpulan Mantrayang didapatkan dari penelitian lapangan di penerbitan Jumantara edisi ini bisa memberiinformasi dan manfaat kepada pembaca, khususnyainformasi yang berkaitan dengan kajian naskah mengharapkan para pembaca untuk mengirimartikel-artikel yang berisi kajian yang bersumber darinaskah kuno Nusantara. Kami menerima kritik dan saranpenyempurna demi keberlangsungan penerbitan Jumantarayang lebih baik. Selamat membaca dan terima RedaksiviiJumantara Vol. 9 Tahun 2018Manuskrip Al-Ḥikam Edisi Teks dan TerjemahanKarya ini cukup dikenal di lingkungan pesantren. DiIndonesia teks ini diajarkan di pesantren-pesantren selain dimasjid-masjid. Kitab al-Ḥikam diajarkan untuk jenjang santrikelas menengah. Dalam sistem klasikal, Kitab al-Ḥikamdiajarkan kepada santri tingkat tsanawiyah dan aliyah.Bruinessen, 2012 184. Hal ini bisa dimaklumi karena untukmemahami larik-larik al-Ḥikam diperlukan kemampuangramatikal yang baik dan kematangan berpikir yang memadaimengingat kandungan-kandungan dari ungkapan di dalamnyayang sering tidak lazim. Kitab ini dibaca hanya matannya sajaatau berikut kiai dan santri umumnya menggunakan sebuah kitabdengan dua syarah al-Ḥikam berbahasa dan beraksara Arabpada bagian luar dan bagian dalam kitab. Bagian dalam kitabini memuat Gāyatu al-Mawāhibi al-Aliyyati karya Ibnu Abbaddengan anotasi cukup panjang. Bagian luar adalah syarah al-Ḥikam karya Syekh Syarqawi al-Khalwati dengan anotasisingkat yang lebih menjelaskan makna yang dimaksud. Kitabini mudah didapat di toko-toko kitab atau toko buku agamaIslam. Teks kitab ini dicetak di kertas kuning dan tipis yangumumnya produksi dalam negeri, yaitu Surabaya, Bandung,Semarang. Harga kitab ini dengan sampul tipis sebesar pada tahun 2009 M di dua dasawarsa belakangan ini, para kiai dan santrimemiliki syarah al-Ḥikam terutama cetakan Timur Tengahselain teks al-Ḥikam dan syarahnya produksi dalam negeri ituseiring dengan akses lalu lalang dan arus pergi-datangIndonesia-Timur Tengah semakin cepat, pertukaran mahasiswakeduanya yang semakin lazim, dan akses teks al-Ḥikam digitalyang dengan mudah diunggah. Dalam rentang waktu tersebut,mereka memiliki Syaraḥ al-Ḥikam yang ditulis oleh ulamalain, yaitu Syekh Zarruq, Ibnu Ajibah, Ibrahim al-Iqshara’i,dan Syekh Said Ramadhan al-Buthi di samping Ibnu Abbaddan Syarqawi. Dengan demikian, mereka memiliki koleksisyarah al-Ḥikam yang lebih banyak dari para kiai mereka danpara santri terdahulu. Mereka juga menghadapi pelbagai varianteks al-Ḥikam yang tersebar di koleksi naskah Vol. 9 Tahun 2018Alhafiz Kurniawansemacam ini memperkaya teks al-Ḥikam yang beredar dimasyarakat. Varian yang sudah disebutkan hanya sedikit sajadari apa yang tertulis di naskah A 180, naskah A 402, dannaskah A 554. Pada Bab III akan lebih banyak lagi ditemukanvarian-varian teks al-Ḥikam berbahasa Arab pada koleksiPerpustakaan Nasional Republik Indonesia. Sementarapercetakan dan persebaran teks al-Ḥikam di masyarakat tidakmenghalangi kerja edisi teks dan kerja filologis lainnya karenanaskah al-Ḥikam koleksi Perpustakaan Nasional RepublikIndonesia menyimpan varian yang tidak terdapat pada tekscetak al-Ḥikam. Sementara teks cetak sendiri bukan sesuatuyang sudah jadi, mantap, dan mapan. Teks cetak hanya salahsatu varian naskah yang diangkat untuk naik cetak setelahmelewati proses yang rumit dan banyak variabel seperti akandijelaskan lebih lanjut terkait kedudukan teks cetak dalamtimbangan kajian filologis pada Bab Indonesia sendiri, teks al-Ḥikam diterima danditanggapi dengan baik. Persebaran teks ini mencakupSumatera, Jawa, dan Kalimantan. Hal ini ditandai denganpenerjemahan al-Ḥikam ke dalam bahasa Melayu dan jugabahasa Jawa. Penerjemahan al-Ḥikam dilakukan oleh KHSholeh Darat Semarang 1830 M-1903 M denganmenggunakan bahasa Jawa dan aksara pegon pada 1289H/1868 al-Ḥikam adalah kumpulan wejangan-wejangantasawuf terkenal yang dikarang Ibn Athaillah al-Iskandari. Beberapa terjemahan dan syarahnya dapatditemukan di Indonesia. di antaranya, yang layakdisebut, adalah Ḥikam Melayu anonim, SyaraḥḤikam oleh M Ibrahim al-Nafizi al-Rindi dan kitabberbahasa Melayu Tāj al-Arūs karya Utsman al-Pontiani dan juga Ḥikam berbahasa Jawa oleh SalehDarat dari Semarang serta beberapa versi modernnya,terutama kitab syarah setebal empat jilid yang disusunoleh ulama Aceh KH Muhibbudin Wali. Bruinessen,2012 188-189.116 122 Jumantara Vol. 9 Tahun 2018hubungan antara naskah mantra pertanian dengan naskahilmu falak/perbintangan yang digunakan untuk menghitungserta menentukan kapan dan padi jenis apa yang harusditanam, dengan cara pengolahan yang bagaimana, mantraapa yang harus dibacakan, dan kapan padi itu harusdipanen, dengan cara bagaimana padi itu dipelihara agarhasilnya memuaskan. Artikel selanjutnya ditulis oleh YudiIrawan. Ia mengungkapkan catatan-catatan sejarah dalamBabad Sepehi. Babad Sepehi berisi peristiwa di masapemerintah kolonial Inggris berkuasa di Jawa, menceritakan keterlibatan pasukan Sepoy—orang Jawaatau teks-teks Jawa sering kali menuliskan kata Sepoydengan Sepehi, Sepei, Spehi, Sepahi, atau Sipahi—dalampenyerbuan Keraton Yogya, 18 Juni-20 Juni 1812. OrangJawa mengenang peristiwa penyerbuan ini sebagai peristiwa“Geger Sepehi”.Alhafiz Kurniawan membahas naskah Al ini termasuk karya tasawuf dengan tiga bagian, yaituaforisme, sejumlah surat yang berisi nasihat untuk sahabatatau muridnya, dan munajat kepada Tuhan. Fokus kajian initerbagi menjadi dua. Pertama kajian filologis yaitumenyajikan edisi teks al-Ḥikam al-Aṭāiyyah yang telahdibersihkan dari kesalahan dan diterjemahkan sehinggakandungan dan keunikan teks salinan al-Ḥikam dapatdiketahui oleh masyarakat luas. Kedua secara etnografis,yaitu pelisanan teks al-Ḥikam yang digunakan sebagaipenyebaran nilai-nilai sufisme di masyarakat miskinperkotaan yang sangat kompleks, khususnya masyarakatindustri pelabuhan di Cilincing, Jakarta Utara. Tia RizkiSetiawati membahas Kisah dan Fir’aun dan Nabi Musapada naskah Maslaku al-Irfān Fī Sīrati Sayyidinā MūsāWa Fir’aun yang merupakan salah satu produk PesantrenGentur, Kemudian Surya Hema Malini dan DandungAdityo Argo Prasetyo membahas adanya kesalahan-kesalahan serta kandungan isi tentang deskripsi tari KarnaTandhing dalam naskah Pratèlan Bêksa Wirèng KarnaTandhing Kaliyan Janak. Setelah melalui cara kerja filologiviJumantara Vol. 9 Tahun 2018Manuskrip Al-Ḥikam Edisi Teks dan Terjemahankedatangan tarekat Syadziliyah di Nusantara belum diketahuisecara masyarakat Indonesia terhadap teks AAhingga kini masih berlanjut. Apresiasi dilakukan dalam bentukpenyalinan, penerjemahan, anotasi, dan juga pelisanan. Selainyang berkaitan dengan penyalinan, penerjemahan, dan anotasi,aktivitas pelisanan teks ini menjadi sebuah pertunjukan yangmemberikan ruang bagi khalayak pendengar untuk memahaminilai-nilai sufisme dalam teks AA seperti akan diterangkanpada BAB II. Aktivitas pelisanan dilakukan dengan intensitasyang rendah di tengah masyarakat pesantren yang berbasispedesaan di Indonesia. Aktivitas pelisanan minimal dilakukansepekan sekali. Hal ini sudah lazim di lingkungan pesantren dimana pun. Tetapi sebuah komunitas yang berbasis masyarakatindustri di Cilincing, Jakarta Utara, melakukan pelisanandengan intensitas yang tinggi. Komunitas ini menggelarpelisanan teks AA setiap malam sesudah selesai pendidikanbaca-tulis huruf Arab tingkat anak-anak. Khalayak pendukungpelisanan ini terdiri dari remaja hingga orang tua dengan latarbelakang yang PenelitianPenelitian terkait manuskrip yang terdapat padanaskah-naskah lama tidak bisa dilepaskan dari penelitianfilologi yang mencakup pengertian tekstologi dan kodikologiyang bermuara pada penyajian suntingan teks dan deskripsinaskah yang akan diteliti. Dalam rangka itu, langkah pertamapenelitian ini adalah pengamatan dan pembacaan atas salinanteks al-Ḥikam yang tercecer di dua naskah. Dari inventarisasi,pembacaan, serta pengamatan berulang-ulang atas teks danfisik naskah itu, penelitian ini mengumpulkan informasipenting sebanyak-banyaknya sebagai bahan pertimbangandalam mengambil metode pengamatan langsung atas teks dan fisik naskah,diketahui bahwa manuskrip al-Ḥikam terdapat pada tujuhnaskah, yaitu A 180, A 402, A 554, W 28, W 29, W 30, dan W31 di mana merupakan sebuah teks utuh di mana salah satunya119Jumantara Vol. 9 Tahun 2018Alhafiz KurniawanTeks ini mendapat tanggapan yang cukup di M Nawawi Banten, ulama prolifik abad ke-20 M, jugamenaruh perhatian luar biasa terhadap teks al-Ḥikam. UlamaIndonesia yang diakui intelektualitasnya di kalangan ilmuan diTimur Tengah ini juga memberikan anotasi terhadap teks al-Ḥikam dengan judul Miṣbaḥu al-Ẓulam alā Nahji al-Atammifī Tabwībi al-Ḥikam. Pada kolofon kitab ini, Syekh Nawawimencantumkan rampung penulisan pada pertengahan JumadilAwwal 1305 H atau 1887 M. Nawawi, 1896 120.Penerimaan masyarakat Indonesia sebenarnya sudah jauhdilakukan sejak abad ke-18 M. Hal ini ditandai dengan duasalinan teks al-Ḥikam yang menggunakan bahasa dan aksaraArab. Satu salinan teks menyebut tahun penyalinan padakolofonnya, yaitu 1197 H atau 1783 M. Satu salinan lainnyatidak mencantumkan nama penyalin, tempat, dan tahunpenyalinan. Naskah ini merupakan salinan teks al-Ḥikam tertuayang pernah ada di Indonesia. Kajian filologis terhadap naskahini bisa juga menjadi pintu masuk untuk menggali informasiterkait kedatangan tarekat Syadziliyah yang minoritas diIndonesia yang selama ini masih gelap di kalangan sejarawanterkait Islam di Nusantara. Bruinessen sendiri mengira-ngirabahwa tarekat Syadziliyah sudah masuk di Banten dan Cirebonberdasarkan kitab Sejarah Banten Rante-rante SBR yangmengisahkan bahwa Sunan Gunung Jati abad ke-16 M yangsecara historis mungkin memang pernah atau mungkin jugatidak berguru kepada Najmuddin al-Kubra dan kemudianselama dua puluh atau dua puluh dua tahun kepada IbnAthaillah al-Syadzili di Madinah. Bruinessen menyadaribahwa Ibn Athaillah orang terkenal di Mesir pada abad ke-13M, bukan di Madinah pada abad ke-16 M, tetapi ia berasumsibahwa tarekat Syadziliyah sudah masuk ke Banten danCirebon pada abad ke-17 M yang terbukti bahwa namanyasudah terkenal di abad itu, mungkin melalui koleksi wejangansufinya yang terkenal, al-Ḥikam. Tetapi asumsi ini tidakdidukung oleh bukti tertulis apapun. Bruinessen, 2012 278-279. Dari sini dapat disimpulkan sementara bahwa awal 123Jumantara Vol. 9 Tahun 2018naskah ini memuat peperangan antara kesatria denganraksaksa meliputi iringan tari, gerakan tari Karna Tandhing,pola lantai, dan percakapan serta diungkapkan nilai-nilaikepahlawanan dari lakon tari Karna Tandhing. Wening Pawestri dalam artikelnya yang berjudulKritik Naskah Kodikologi atas Naskah Sejarah Ragaselamengkaji komponen fisik naskah atau kodeks yang terdiridari inventarisasi naskah, deskripsi naskah, kekerabatanantarnaskah, dan penentuan naskah edisi. SelanjutnyaSyaiful Rohman membahas nasihat-nasihat atau piwulangdalam Serat Darmasaloka. Kemudian Noor Ilmi Amalia,mengungkapkan gambaran peran ibu dalam pola asuh danpendidikan anak yang terdapat dalam naskah Wawacan BinEtam. Kemudian, Tedi Permadi membandingkan tiga surattegel tanah tahun 1903, 1906 dan 1911 yang berasal daridaerah Priangan, Jawa Barat. Terakhir, Ahmad RijalNasrullah dan Ade Kosasih membahas subtansi danmetodologi filologi sebagaimana tercakup dalam keilmuanfilologi. Dalam artikel ini, beliau juga dibahas penerapanmetode dan teori filologi pada Naskah Kumpulan Mantrayang didapatkan dari penelitian lapangan di penerbitan Jumantara edisi ini bisa memberiinformasi dan manfaat kepada pembaca, khususnyainformasi yang berkaitan dengan kajian naskah mengharapkan para pembaca untuk mengirimartikel-artikel yang berisi kajian yang bersumber darinaskah kuno Nusantara. Kami menerima kritik dan saranpenyempurna demi keberlangsungan penerbitan Jumantarayang lebih baik. Selamat membaca dan terima RedaksiviiJumantara Vol. 9 Tahun 2018Manuskrip Al-Ḥikam Edisi Teks dan Terjemahankedatangan tarekat Syadziliyah di Nusantara belum diketahuisecara masyarakat Indonesia terhadap teks AAhingga kini masih berlanjut. Apresiasi dilakukan dalam bentukpenyalinan, penerjemahan, anotasi, dan juga pelisanan. Selainyang berkaitan dengan penyalinan, penerjemahan, dan anotasi,aktivitas pelisanan teks ini menjadi sebuah pertunjukan yangmemberikan ruang bagi khalayak pendengar untuk memahaminilai-nilai sufisme dalam teks AA seperti akan diterangkanpada BAB II. Aktivitas pelisanan dilakukan dengan intensitasyang rendah di tengah masyarakat pesantren yang berbasispedesaan di Indonesia. Aktivitas pelisanan minimal dilakukansepekan sekali. Hal ini sudah lazim di lingkungan pesantren dimana pun. Tetapi sebuah komunitas yang berbasis masyarakatindustri di Cilincing, Jakarta Utara, melakukan pelisanandengan intensitas yang tinggi. Komunitas ini menggelarpelisanan teks AA setiap malam sesudah selesai pendidikanbaca-tulis huruf Arab tingkat anak-anak. Khalayak pendukungpelisanan ini terdiri dari remaja hingga orang tua dengan latarbelakang yang PenelitianPenelitian terkait manuskrip yang terdapat padanaskah-naskah lama tidak bisa dilepaskan dari penelitianfilologi yang mencakup pengertian tekstologi dan kodikologiyang bermuara pada penyajian suntingan teks dan deskripsinaskah yang akan diteliti. Dalam rangka itu, langkah pertamapenelitian ini adalah pengamatan dan pembacaan atas salinanteks al-Ḥikam yang tercecer di dua naskah. Dari inventarisasi,pembacaan, serta pengamatan berulang-ulang atas teks danfisik naskah itu, penelitian ini mengumpulkan informasipenting sebanyak-banyaknya sebagai bahan pertimbangandalam mengambil metode pengamatan langsung atas teks dan fisik naskah,diketahui bahwa manuskrip al-Ḥikam terdapat pada tujuhnaskah, yaitu A 180, A 402, A 554, W 28, W 29, W 30, dan W31 di mana merupakan sebuah teks utuh di mana salah satunyaJumantara Vol. 9 Tahun 2018Alhafiz KurniawanTeks ini mendapat tanggapan yang cukup di M Nawawi Banten, ulama prolifik abad ke-20 M, jugamenaruh perhatian luar biasa terhadap teks al-Ḥikam. UlamaIndonesia yang diakui intelektualitasnya di kalangan ilmuan diTimur Tengah ini juga memberikan anotasi terhadap teks al-Ḥikam dengan judul Miṣbaḥu al-Ẓulam alā Nahji al-Atammifī Tabwībi al-Ḥikam. Pada kolofon kitab ini, Syekh Nawawimencantumkan rampung penulisan pada pertengahan JumadilAwwal 1305 H atau 1887 M. Nawawi, 1896 120.Penerimaan masyarakat Indonesia sebenarnya sudah jauhdilakukan sejak abad ke-18 M. Hal ini ditandai dengan duasalinan teks al-Ḥikam yang menggunakan bahasa dan aksaraArab. Satu salinan teks menyebut tahun penyalinan padakolofonnya, yaitu 1197 H atau 1783 M. Satu salinan lainnyatidak mencantumkan nama penyalin, tempat, dan tahunpenyalinan. Naskah ini merupakan salinan teks al-Ḥikam tertuayang pernah ada di Indonesia. Kajian filologis terhadap naskahini bisa juga menjadi pintu masuk untuk menggali informasiterkait kedatangan tarekat Syadziliyah yang minoritas diIndonesia yang selama ini masih gelap di kalangan sejarawanterkait Islam di Nusantara. Bruinessen sendiri mengira-ngirabahwa tarekat Syadziliyah sudah masuk di Banten dan Cirebonberdasarkan kitab Sejarah Banten Rante-rante SBR yangmengisahkan bahwa Sunan Gunung Jati abad ke-16 M yangsecara historis mungkin memang pernah atau mungkin jugatidak berguru kepada Najmuddin al-Kubra dan kemudianselama dua puluh atau dua puluh dua tahun kepada IbnAthaillah al-Syadzili di Madinah. Bruinessen menyadaribahwa Ibn Athaillah orang terkenal di Mesir pada abad ke-13M, bukan di Madinah pada abad ke-16 M, tetapi ia berasumsibahwa tarekat Syadziliyah sudah masuk ke Banten danCirebon pada abad ke-17 M yang terbukti bahwa namanyasudah terkenal di abad itu, mungkin melalui koleksi wejangansufinya yang terkenal, al-Ḥikam. Tetapi asumsi ini tidakdidukung oleh bukti tertulis apapun. Bruinessen, 2012 278-279. Dari sini dapat disimpulkan sementara bahwa awal118 124 Jumantara Vol. 9 Tahun 2018hubungan antara naskah mantra pertanian dengan naskahilmu falak/perbintangan yang digunakan untuk menghitungserta menentukan kapan dan padi jenis apa yang harusditanam, dengan cara pengolahan yang bagaimana, mantraapa yang harus dibacakan, dan kapan padi itu harusdipanen, dengan cara bagaimana padi itu dipelihara agarhasilnya memuaskan. Artikel selanjutnya ditulis oleh YudiIrawan. Ia mengungkapkan catatan-catatan sejarah dalamBabad Sepehi. Babad Sepehi berisi peristiwa di masapemerintah kolonial Inggris berkuasa di Jawa, menceritakan keterlibatan pasukan Sepoy—orang Jawaatau teks-teks Jawa sering kali menuliskan kata Sepoydengan Sepehi, Sepei, Spehi, Sepahi, atau Sipahi—dalampenyerbuan Keraton Yogya, 18 Juni-20 Juni 1812. OrangJawa mengenang peristiwa penyerbuan ini sebagai peristiwa“Geger Sepehi”.Alhafiz Kurniawan membahas naskah Al ini termasuk karya tasawuf dengan tiga bagian, yaituaforisme, sejumlah surat yang berisi nasihat untuk sahabatatau muridnya, dan munajat kepada Tuhan. Fokus kajian initerbagi menjadi dua. Pertama kajian filologis yaitumenyajikan edisi teks al-Ḥikam al-Aṭāiyyah yang telahdibersihkan dari kesalahan dan diterjemahkan sehinggakandungan dan keunikan teks salinan al-Ḥikam dapatdiketahui oleh masyarakat luas. Kedua secara etnografis,yaitu pelisanan teks al-Ḥikam yang digunakan sebagaipenyebaran nilai-nilai sufisme di masyarakat miskinperkotaan yang sangat kompleks, khususnya masyarakatindustri pelabuhan di Cilincing, Jakarta Utara. Tia RizkiSetiawati membahas Kisah dan Fir’aun dan Nabi Musapada naskah Maslaku al-Irfān Fī Sīrati Sayyidinā MūsāWa Fir’aun yang merupakan salah satu produk PesantrenGentur, Kemudian Surya Hema Malini dan DandungAdityo Argo Prasetyo membahas adanya kesalahan-kesalahan serta kandungan isi tentang deskripsi tari KarnaTandhing dalam naskah Pratèlan Bêksa Wirèng KarnaTandhing Kaliyan Janak. Setelah melalui cara kerja filologiviJumantara Vol. 9 Tahun 2018Analisis Penelitian al-Ḥikam performance studies al-Ḥikam Penelitian TerdahuluAl-Ḥikam Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara Jilid 4Perpustakaan Nasional Republik Indonesia al-Ḥikam 121Jumantara Vol. 9 Tahun 2018Alhafiz Kurniawanadalah sambungan dari teks sebelumnya. Karakter tulisankeduanya memiliki persamaan mutlak. Dari informasi yangdidapat dari pengamatan ini, penelitian ini akan menggabungkan dua naskah yang saling bersambung tersebut danmembandingkannya dengan naskah lain yang sejenis bahasanya. Penelitian ini akan menghasilkan satu suntingan teks danterjemahannya. Tiga koleksi Perpustakaan Nasional RI iniberbahasa dan beraksara Arab, yaitu A 180, A 402, dan A sisanya disalin dalam bahasa Melayu. Penelitian iniakan bermuara pada penyuntingan dan penerjemahan demikian, penyuntingan dan penerjemahan akandilakukan pada karya abad ke-13 M yang berisi 289 larik. Teksini terdiri atas tiga bagian. Sebanyak 256 larik berisipernyataan. Sementara 33 larik sisanya berisi yang ditempuh untuk sampai pada suntingan teks ituadalah metode kritis. Metode kritis ini dipilih dari sekianmetode kerja filologis dengan pertimbangan dari pengamatanatas tiga naskah koleksi Perpusnas menjelaskan bahwa pendekatan kritis inimemudahkan jalan bagi pembaca yang ingin mengakses tekstersebut. Pendekatan kritis memberikan tawaran-tawaran bagipembaca dalam mengatasi kesulitan-kesulitan tekstual.“Edisi kritis dari suatu naskah lebih banyak membantupembaca. Pembaca dibantu mengatasi berbagaikesulitan yang bersifat tekstual atau yang berkenaandengan interpretasi dan dengan demikian terbebas darikesulitan mengerti isinya. Kritis’ berarti bahwapenyunting itu mengidentifikasi sendiri bagian dalamteks yang mungkin terdapat masalah dan menawarkanjalan keluar. Di sini ada dua alternatif. Pertama, apabilapenyunting merasa bahwa ada kesalahan dalam tekstersebut, ia dapat memberikan tanda yang mengacupada aparatus kritik’; di sini dia menyarankan bacaanyang lebih baik. Atau, kedua, pada tempat-tempat inipenyunting dapat memasukkan koreksi ke dalam tekstersebut dengan tanda yang jelas yang mengacu pada 125Jumantara Vol. 9 Tahun 2018naskah ini memuat peperangan antara kesatria denganraksaksa meliputi iringan tari, gerakan tari Karna Tandhing,pola lantai, dan percakapan serta diungkapkan nilai-nilaikepahlawanan dari lakon tari Karna Tandhing. Wening Pawestri dalam artikelnya yang berjudulKritik Naskah Kodikologi atas Naskah Sejarah Ragaselamengkaji komponen fisik naskah atau kodeks yang terdiridari inventarisasi naskah, deskripsi naskah, kekerabatanantarnaskah, dan penentuan naskah edisi. SelanjutnyaSyaiful Rohman membahas nasihat-nasihat atau piwulangdalam Serat Darmasaloka. Kemudian Noor Ilmi Amalia,mengungkapkan gambaran peran ibu dalam pola asuh danpendidikan anak yang terdapat dalam naskah Wawacan BinEtam. Kemudian, Tedi Permadi membandingkan tiga surattegel tanah tahun 1903, 1906 dan 1911 yang berasal daridaerah Priangan, Jawa Barat. Terakhir, Ahmad RijalNasrullah dan Ade Kosasih membahas subtansi danmetodologi filologi sebagaimana tercakup dalam keilmuanfilologi. Dalam artikel ini, beliau juga dibahas penerapanmetode dan teori filologi pada Naskah Kumpulan Mantrayang didapatkan dari penelitian lapangan di penerbitan Jumantara edisi ini bisa memberiinformasi dan manfaat kepada pembaca, khususnyainformasi yang berkaitan dengan kajian naskah mengharapkan para pembaca untuk mengirimartikel-artikel yang berisi kajian yang bersumber darinaskah kuno Nusantara. Kami menerima kritik dan saranpenyempurna demi keberlangsungan penerbitan Jumantarayang lebih baik. Selamat membaca dan terima RedaksiviiJumantara Vol. 9 Tahun 2018Analisis Penelitian al-Ḥikam performance studies al-Ḥikam Penelitian TerdahuluAl-Ḥikam Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara Jilid 4Perpustakaan Nasional Republik Indonesia al-Ḥikam Jumantara Vol. 9 Tahun 2018Alhafiz Kurniawanadalah sambungan dari teks sebelumnya. Karakter tulisankeduanya memiliki persamaan mutlak. Dari informasi yangdidapat dari pengamatan ini, penelitian ini akan menggabungkan dua naskah yang saling bersambung tersebut danmembandingkannya dengan naskah lain yang sejenis bahasanya. Penelitian ini akan menghasilkan satu suntingan teks danterjemahannya. Tiga koleksi Perpustakaan Nasional RI iniberbahasa dan beraksara Arab, yaitu A 180, A 402, dan A sisanya disalin dalam bahasa Melayu. Penelitian iniakan bermuara pada penyuntingan dan penerjemahan demikian, penyuntingan dan penerjemahan akandilakukan pada karya abad ke-13 M yang berisi 289 larik. Teksini terdiri atas tiga bagian. Sebanyak 256 larik berisipernyataan. Sementara 33 larik sisanya berisi yang ditempuh untuk sampai pada suntingan teks ituadalah metode kritis. Metode kritis ini dipilih dari sekianmetode kerja filologis dengan pertimbangan dari pengamatanatas tiga naskah koleksi Perpusnas menjelaskan bahwa pendekatan kritis inimemudahkan jalan bagi pembaca yang ingin mengakses tekstersebut. Pendekatan kritis memberikan tawaran-tawaran bagipembaca dalam mengatasi kesulitan-kesulitan tekstual.“Edisi kritis dari suatu naskah lebih banyak membantupembaca. Pembaca dibantu mengatasi berbagaikesulitan yang bersifat tekstual atau yang berkenaandengan interpretasi dan dengan demikian terbebas darikesulitan mengerti isinya. Kritis’ berarti bahwapenyunting itu mengidentifikasi sendiri bagian dalamteks yang mungkin terdapat masalah dan menawarkanjalan keluar. Di sini ada dua alternatif. Pertama, apabilapenyunting merasa bahwa ada kesalahan dalam tekstersebut, ia dapat memberikan tanda yang mengacupada aparatus kritik’; di sini dia menyarankan bacaanyang lebih baik. Atau, kedua, pada tempat-tempat inipenyunting dapat memasukkan koreksi ke dalam tekstersebut dengan tanda yang jelas yang mengacu pada120 126 Jumantara Vol. 9 Tahun 2018hubungan antara naskah mantra pertanian dengan naskahilmu falak/perbintangan yang digunakan untuk menghitungserta menentukan kapan dan padi jenis apa yang harusditanam, dengan cara pengolahan yang bagaimana, mantraapa yang harus dibacakan, dan kapan padi itu harusdipanen, dengan cara bagaimana padi itu dipelihara agarhasilnya memuaskan. Artikel selanjutnya ditulis oleh YudiIrawan. Ia mengungkapkan catatan-catatan sejarah dalamBabad Sepehi. Babad Sepehi berisi peristiwa di masapemerintah kolonial Inggris berkuasa di Jawa, menceritakan keterlibatan pasukan Sepoy—orang Jawaatau teks-teks Jawa sering kali menuliskan kata Sepoydengan Sepehi, Sepei, Spehi, Sepahi, atau Sipahi—dalampenyerbuan Keraton Yogya, 18 Juni-20 Juni 1812. OrangJawa mengenang peristiwa penyerbuan ini sebagai peristiwa“Geger Sepehi”.Alhafiz Kurniawan membahas naskah Al ini termasuk karya tasawuf dengan tiga bagian, yaituaforisme, sejumlah surat yang berisi nasihat untuk sahabatatau muridnya, dan munajat kepada Tuhan. Fokus kajian initerbagi menjadi dua. Pertama kajian filologis yaitumenyajikan edisi teks al-Ḥikam al-Aṭāiyyah yang telahdibersihkan dari kesalahan dan diterjemahkan sehinggakandungan dan keunikan teks salinan al-Ḥikam dapatdiketahui oleh masyarakat luas. Kedua secara etnografis,yaitu pelisanan teks al-Ḥikam yang digunakan sebagaipenyebaran nilai-nilai sufisme di masyarakat miskinperkotaan yang sangat kompleks, khususnya masyarakatindustri pelabuhan di Cilincing, Jakarta Utara. Tia RizkiSetiawati membahas Kisah dan Fir’aun dan Nabi Musapada naskah Maslaku al-Irfān Fī Sīrati Sayyidinā MūsāWa Fir’aun yang merupakan salah satu produk PesantrenGentur, Kemudian Surya Hema Malini dan DandungAdityo Argo Prasetyo membahas adanya kesalahan-kesalahan serta kandungan isi tentang deskripsi tari KarnaTandhing dalam naskah Pratèlan Bêksa Wirèng KarnaTandhing Kaliyan Janak. Setelah melalui cara kerja filologiviJumantara Vol. 9 Tahun 2018Manuskrip Al-Ḥikam Edisi Teks dan TerjemahanEfendi. Keterangan ini diperoleh dari catatan Parmaksizogluand Uysal [ed.] 1987 III 153 Shelfmark 34 Su-Hu 285.Laman Thesaurus of Indonesian Islamic Manuscripts inimenyebutkan bahwa Amir Fatah telah melakukan penelitianfilologis atas al-Ḥikam pada 1997 M. Fatah membuat edisikritis al-Ḥikam berbahasa Melayu dengan landasan manuskripal-Ḥikam koleksi Perpustakaan Nasional Republik ini dapat dilihat pada yang diakses padaKamis 7 Desember penelitian terhadap salinan teks manuskripal-Ḥikam berbahasa dan beraksara Arab pada nomor kode A180, A 402, dan A 554 ini membuka peluang bagi penelitianfilologis yang akan dikerjakan dalam tesis Isi TeksTeks AA adalah kitab tasawuf karya Ibn Athaillah al-Sakandari yang ditulis pada abad ke-13 M. Karya ini terdiriatas tiga bagian. Bagian pertama teks ini memuat 246 lariksufisme. Bagian kedua teks ini memuat nasihat-nasihat untukpara sahabatnya. Bagian ketiga teks ini diisi dengan munajatpenulis sebanyak 33 larik. Naskah ini juga dilengkapi denganketerangan nama penulis kitab di awal dan kolofon di kitab ini disebutkan bahwa penangguhanpemberian Allah bukan berarti penolakan atas sebuah doaseseorang. Pasalnya, pemberian Allah turun kepada orang yangberdoa sesuai bentuk yang diinginkan-Nya dan waktu yangdikehendaki-Nya. seseorang tidak bisa memaksakankehendaknya karena Allah yang maha kuasa atas pemberian-Nya. larik 6.Penulis kitab ini tidak mempersoalkan keragaman ibadahyang dilakukan manusia. Pasalnya, keragaman ibadah yangditempuh oleh masing-masing orang itu didasarkan padakeragaman ilham Ilahi yang memenuhi batin mereka. Semuajenis ibadah itu hanya raga atau wujud fisik semata. Tetapi123Jumantara Vol. 9 Tahun 2018Alhafiz Kurniawanjumlah 109 halaman yang menjadi sambungan dari teks al-Ḥikam pada nomor kode pertama. Behrend, 1998 17.Anotasi untuk al-Ḥikam pada katalog ini juga mengalamibeberapa kekeliruan karena tidak sesuai dengan kondisi fisiknaskah di lapangan. Pada bab selanjutnya kekeliruan itu pada nomor kode A 402 ditulis pada 39 halamanyang dimulai pada halaman 23 dan berakhir pada halaman teks dengan nomor kode A 554 merupakan sambungandari teks al-Ḥikam pada nomor kode A 402. Lanjutan teks al-Ḥikam pada nomor kode A 554 berjumlah 8 halaman. Lanjutanini ditulis pada halaman 46 dan berakhir dengan kolofon padahalaman al-Aṭāiyyah koleksi Perpustakaan Nasional RIini sudah masuk dalam Laman Thesaurus of IndonesianIslamic Manuscripts yang dikelola Puslitbang Lektur danKhazanah Keagamaan, MORA Center for the Study of Islamand Society, Syarif Hidayatullah State Islamic kanal manuskrip pada laman tersebut, al-Ḥikamdisebutkan sebagai karya Syekh Ahmad bin Muhammad As-Sakandari dengan julukan Abul Fadhl atau Ibnu ini menerangkan bahwa manuskrip al-Ḥikam berbahasadan beraksara Arab dengan tema sufisme. Keterangan ringkasal-Ḥikam ini bisa ditemukan pada nomor urut 30 pada daftarmanuskrip Islam Indonesia. Laman ini diakses padaKamis 7 Desember ini juga secara khusus memberikan catatan untukal-Ḥikam. Ibnu Athailah dilahirkan di Iskandariyah, Mesir,pada 1259 M/648 H dan wafat di Mesir pada 1309 M/709 ditulis pada abad ke-13 M. Salah satu anotasi atasal-Ḥikam adalah Gayātu al-Mawāhibi al-Aliyyati fī Syarḥi al-Ḥikami al-Aṭāiyyati karya Syekh Ibnu Abbad Muhammad binAbirahim ar-Randi 1333-1390 M. Anotasi karya Syekh IbnuAbbad ini dapat ditemukan di Perpustakaan Sulaimani, AmcaZade Husein Pasha, dan koleksi Hekimbasi Musa Nazif 127Jumantara Vol. 9 Tahun 2018naskah ini memuat peperangan antara kesatria denganraksaksa meliputi iringan tari, gerakan tari Karna Tandhing,pola lantai, dan percakapan serta diungkapkan nilai-nilaikepahlawanan dari lakon tari Karna Tandhing. Wening Pawestri dalam artikelnya yang berjudulKritik Naskah Kodikologi atas Naskah Sejarah Ragaselamengkaji komponen fisik naskah atau kodeks yang terdiridari inventarisasi naskah, deskripsi naskah, kekerabatanantarnaskah, dan penentuan naskah edisi. SelanjutnyaSyaiful Rohman membahas nasihat-nasihat atau piwulangdalam Serat Darmasaloka. Kemudian Noor Ilmi Amalia,mengungkapkan gambaran peran ibu dalam pola asuh danpendidikan anak yang terdapat dalam naskah Wawacan BinEtam. Kemudian, Tedi Permadi membandingkan tiga surattegel tanah tahun 1903, 1906 dan 1911 yang berasal daridaerah Priangan, Jawa Barat. Terakhir, Ahmad RijalNasrullah dan Ade Kosasih membahas subtansi danmetodologi filologi sebagaimana tercakup dalam keilmuanfilologi. Dalam artikel ini, beliau juga dibahas penerapanmetode dan teori filologi pada Naskah Kumpulan Mantrayang didapatkan dari penelitian lapangan di penerbitan Jumantara edisi ini bisa memberiinformasi dan manfaat kepada pembaca, khususnyainformasi yang berkaitan dengan kajian naskah mengharapkan para pembaca untuk mengirimartikel-artikel yang berisi kajian yang bersumber darinaskah kuno Nusantara. Kami menerima kritik dan saranpenyempurna demi keberlangsungan penerbitan Jumantarayang lebih baik. Selamat membaca dan terima RedaksiviiJumantara Vol. 9 Tahun 2018Manuskrip Al-Ḥikam Edisi Teks dan TerjemahanEfendi. Keterangan ini diperoleh dari catatan Parmaksizogluand Uysal [ed.] 1987 III 153 Shelfmark 34 Su-Hu 285.Laman Thesaurus of Indonesian Islamic Manuscripts inimenyebutkan bahwa Amir Fatah telah melakukan penelitianfilologis atas al-Ḥikam pada 1997 M. Fatah membuat edisikritis al-Ḥikam berbahasa Melayu dengan landasan manuskripal-Ḥikam koleksi Perpustakaan Nasional Republik ini dapat dilihat pada yang diakses padaKamis 7 Desember penelitian terhadap salinan teks manuskripal-Ḥikam berbahasa dan beraksara Arab pada nomor kode A180, A 402, dan A 554 ini membuka peluang bagi penelitianfilologis yang akan dikerjakan dalam tesis Isi TeksTeks AA adalah kitab tasawuf karya Ibn Athaillah al-Sakandari yang ditulis pada abad ke-13 M. Karya ini terdiriatas tiga bagian. Bagian pertama teks ini memuat 246 lariksufisme. Bagian kedua teks ini memuat nasihat-nasihat untukpara sahabatnya. Bagian ketiga teks ini diisi dengan munajatpenulis sebanyak 33 larik. Naskah ini juga dilengkapi denganketerangan nama penulis kitab di awal dan kolofon di kitab ini disebutkan bahwa penangguhanpemberian Allah bukan berarti penolakan atas sebuah doaseseorang. Pasalnya, pemberian Allah turun kepada orang yangberdoa sesuai bentuk yang diinginkan-Nya dan waktu yangdikehendaki-Nya. seseorang tidak bisa memaksakankehendaknya karena Allah yang maha kuasa atas pemberian-Nya. larik 6.Penulis kitab ini tidak mempersoalkan keragaman ibadahyang dilakukan manusia. Pasalnya, keragaman ibadah yangditempuh oleh masing-masing orang itu didasarkan padakeragaman ilham Ilahi yang memenuhi batin mereka. Semuajenis ibadah itu hanya raga atau wujud fisik semata. TetapiJumantara Vol. 9 Tahun 2018Alhafiz Kurniawanjumlah 109 halaman yang menjadi sambungan dari teks al-Ḥikam pada nomor kode pertama. Behrend, 1998 17.Anotasi untuk al-Ḥikam pada katalog ini juga mengalamibeberapa kekeliruan karena tidak sesuai dengan kondisi fisiknaskah di lapangan. Pada bab selanjutnya kekeliruan itu pada nomor kode A 402 ditulis pada 39 halamanyang dimulai pada halaman 23 dan berakhir pada halaman teks dengan nomor kode A 554 merupakan sambungandari teks al-Ḥikam pada nomor kode A 402. Lanjutan teks al-Ḥikam pada nomor kode A 554 berjumlah 8 halaman. Lanjutanini ditulis pada halaman 46 dan berakhir dengan kolofon padahalaman al-Aṭāiyyah koleksi Perpustakaan Nasional RIini sudah masuk dalam Laman Thesaurus of IndonesianIslamic Manuscripts yang dikelola Puslitbang Lektur danKhazanah Keagamaan, MORA Center for the Study of Islamand Society, Syarif Hidayatullah State Islamic kanal manuskrip pada laman tersebut, al-Ḥikamdisebutkan sebagai karya Syekh Ahmad bin Muhammad As-Sakandari dengan julukan Abul Fadhl atau Ibnu ini menerangkan bahwa manuskrip al-Ḥikam berbahasadan beraksara Arab dengan tema sufisme. Keterangan ringkasal-Ḥikam ini bisa ditemukan pada nomor urut 30 pada daftarmanuskrip Islam Indonesia. Laman ini diakses padaKamis 7 Desember ini juga secara khusus memberikan catatan untukal-Ḥikam. Ibnu Athailah dilahirkan di Iskandariyah, Mesir,pada 1259 M/648 H dan wafat di Mesir pada 1309 M/709 ditulis pada abad ke-13 M. Salah satu anotasi atasal-Ḥikam adalah Gayātu al-Mawāhibi al-Aliyyati fī Syarḥi al-Ḥikami al-Aṭāiyyati karya Syekh Ibnu Abbad Muhammad binAbirahim ar-Randi 1333-1390 M. Anotasi karya Syekh IbnuAbbad ini dapat ditemukan di Perpustakaan Sulaimani, AmcaZade Husein Pasha, dan koleksi Hekimbasi Musa Nazif122 128 Jumantara Vol. 9 Tahun 2018hubungan antara naskah mantra pertanian dengan naskahilmu falak/perbintangan yang digunakan untuk menghitungserta menentukan kapan dan padi jenis apa yang harusditanam, dengan cara pengolahan yang bagaimana, mantraapa yang harus dibacakan, dan kapan padi itu harusdipanen, dengan cara bagaimana padi itu dipelihara agarhasilnya memuaskan. Artikel selanjutnya ditulis oleh YudiIrawan. Ia mengungkapkan catatan-catatan sejarah dalamBabad Sepehi. Babad Sepehi berisi peristiwa di masapemerintah kolonial Inggris berkuasa di Jawa, menceritakan keterlibatan pasukan Sepoy—orang Jawaatau teks-teks Jawa sering kali menuliskan kata Sepoydengan Sepehi, Sepei, Spehi, Sepahi, atau Sipahi—dalampenyerbuan Keraton Yogya, 18 Juni-20 Juni 1812. OrangJawa mengenang peristiwa penyerbuan ini sebagai peristiwa“Geger Sepehi”.Alhafiz Kurniawan membahas naskah Al ini termasuk karya tasawuf dengan tiga bagian, yaituaforisme, sejumlah surat yang berisi nasihat untuk sahabatatau muridnya, dan munajat kepada Tuhan. Fokus kajian initerbagi menjadi dua. Pertama kajian filologis yaitumenyajikan edisi teks al-Ḥikam al-Aṭāiyyah yang telahdibersihkan dari kesalahan dan diterjemahkan sehinggakandungan dan keunikan teks salinan al-Ḥikam dapatdiketahui oleh masyarakat luas. Kedua secara etnografis,yaitu pelisanan teks al-Ḥikam yang digunakan sebagaipenyebaran nilai-nilai sufisme di masyarakat miskinperkotaan yang sangat kompleks, khususnya masyarakatindustri pelabuhan di Cilincing, Jakarta Utara. Tia RizkiSetiawati membahas Kisah dan Fir’aun dan Nabi Musapada naskah Maslaku al-Irfān Fī Sīrati Sayyidinā MūsāWa Fir’aun yang merupakan salah satu produk PesantrenGentur, Kemudian Surya Hema Malini dan DandungAdityo Argo Prasetyo membahas adanya kesalahan-kesalahan serta kandungan isi tentang deskripsi tari KarnaTandhing dalam naskah Pratèlan Bêksa Wirèng KarnaTandhing Kaliyan Janak. Setelah melalui cara kerja filologiviJumantara Vol. 9 Tahun 2018Manuskrip Al-Ḥikam Edisi Teks dan Terjemahanistiqamah itu sendiri. Banyak orang mengira bahwa karamahitu bisa dianugerahkan kepada Allah bila seseorang beribadahdengan tekun. Oleh karena itu, mereka beribadah dalam rangkamengejar karamah tersebut. Padahal, sering kali Allahmemberikan karamah itu kepada mereka yang belum istiqamahdalam beribadah. larik179.Transliterasi dan Edisi TeksEdisi dan terjemahan teks AA dibuat agar varian teksdapat dibaca dan dipahami oleh khalayak pembaca aksaraIndonesia dan oleh khalayak di luar kultur pesantren. Olehkarena itu koreksi atas kekeliruan dalam teks AA sangatpenting untuk dilakukan. Koreksi dilakukan dengan caramemberikan catatan kaki sebagai penanda yang mengacu padaaparat kritik. Pada aparat kritik, catatan ditulis sebagaiinformasi tambahan bagi membuat terjemahan, penulis menggunakanmetode yang diperkenalkan oleh Rofii melalui karyanya,Dalīl fī At-Tarjamah Bimbingan Tarjamah Arab Indonesia,Vol I dan Vol II. Penulis melakukan langkah-langkahpenerjemahan yang diawali dengan pembacaan teks Arab yangakan diterjemahkan secara baik dan secara teliti berulang-ulang. Penulis mencoba mengamati ungkapan dan susunankalimatnya untuk memahami dengan jelas kandungan mengalami kesulitan dalam menangkap keutuhangagasan dalam sebuah teks, penulis memecah teks menjadibeberapa bagian dengan tetap memerhatikan konteks masing-masing bagian teks. Dalam menerjemahkan struktur kalimat,penulis menempatkan mubtada, fail, na’ibul fail, isim kana,dan isim inna pada teks Arab sebagai subjek atau pokokkalimat dalam bahasa terjemahan. Penulis juga menempatkankhabar mubtada, khabar kana, khabar inna, dan fiil dalam tesArab sebagai predikat dalam teks mengikuti varian penerjemahan kata min dalamteks Arab yang disesuaikan dengan konteksnya menurutmetode yang diperkenalkan Rofii dalam Dalīl fī At-Tarjamah125Jumantara Vol. 9 Tahun 2018Alhafiz Kurniawanyang menjadi roh atas wujud fisik ibadah itu tidak lain adalahkeikhlasan itu sendiri. larik 9-10.Kuantitias amal ibadah tidak dihitung dari jumlah ibadahitu sendiri. Kuantitas amal ibadah dihitung dari sejauhmanaseseorang mengendalikan hati dari keinginan-keinginanduniawi. Ibadah mereka yang masih diburu oleh keinginanduniawi dinilai sedikit di sisi Allah meskipun jumlahnya secarakasatmata terbilang banyak. Sedangkan ibadah mereka yangtidak lagi menginginkan kesenangan duniawi dinilai banyakoleh Allah meskipun terlihat sedikit. larik 45.Demikian halnya dengan dosa. Menurutnya, tiada yangnamanya dosa kecil bila seseorang dihadapkan pada keadilanAllah. Tiada juga yang disebut dosa besar bila seseorangberhadapan dengan kemurahan-Nya. larik 50.Sebagian orang ditugaskan untuk gemar beribadah. Tetapisebagian lainnya dipilih oleh Allah hanya untuk mencintai-Nya. Kedua jenis orang ini mendapat bimbingan Allah sesuaidengan porsinya. larik 68.Manusia sejatinya tidak pantas untuk memohon ganjaranatas amal ibadahnya. Pilihan kesempatan untuk beribadah yangjatuh kepada mereka itu sebenarnya sudah cukup sebagaiganjaran dari Allah. Kehangatan Ilahi yang terasa oleh batinmereka itu sebenarnya sudah lebih dari cukup sebagai balasanAllah. larik 90-91.Eksistensi sebuah benda sebenarnya tidak menghalangiAllah karena sejatinya tiada apapun di samping-Nya. Yangmenutupi Allah dari pandangan seseorang adalah ilusi orangitu sendiri atas adanya sesuatu di samping-Nya. larik137.Inayat Ilahi kepada seseorang itu turun bukan lantarankeistimewaan dari orang tersebut. Inayat itu datangmenghampirinya karena semata kemurahan Allah apa artinya keistimewaan ibadah seseorangdibanding anugerah-Nya? Toh, ia juga tidak bisa beribadahtanpa bimbingan dari Allah jua. larik 169.Karamah, khariqul adat, atau kejadian luar biasa bukanprioritas utama dalam konteks kehambaan kepada kehambaan kepada Allah adalah kontinuitas atau 129Jumantara Vol. 9 Tahun 2018naskah ini memuat peperangan antara kesatria denganraksaksa meliputi iringan tari, gerakan tari Karna Tandhing,pola lantai, dan percakapan serta diungkapkan nilai-nilaikepahlawanan dari lakon tari Karna Tandhing. Wening Pawestri dalam artikelnya yang berjudulKritik Naskah Kodikologi atas Naskah Sejarah Ragaselamengkaji komponen fisik naskah atau kodeks yang terdiridari inventarisasi naskah, deskripsi naskah, kekerabatanantarnaskah, dan penentuan naskah edisi. SelanjutnyaSyaiful Rohman membahas nasihat-nasihat atau piwulangdalam Serat Darmasaloka. Kemudian Noor Ilmi Amalia,mengungkapkan gambaran peran ibu dalam pola asuh danpendidikan anak yang terdapat dalam naskah Wawacan BinEtam. Kemudian, Tedi Permadi membandingkan tiga surattegel tanah tahun 1903, 1906 dan 1911 yang berasal daridaerah Priangan, Jawa Barat. Terakhir, Ahmad RijalNasrullah dan Ade Kosasih membahas subtansi danmetodologi filologi sebagaimana tercakup dalam keilmuanfilologi. Dalam artikel ini, beliau juga dibahas penerapanmetode dan teori filologi pada Naskah Kumpulan Mantrayang didapatkan dari penelitian lapangan di penerbitan Jumantara edisi ini bisa memberiinformasi dan manfaat kepada pembaca, khususnyainformasi yang berkaitan dengan kajian naskah mengharapkan para pembaca untuk mengirimartikel-artikel yang berisi kajian yang bersumber darinaskah kuno Nusantara. Kami menerima kritik dan saranpenyempurna demi keberlangsungan penerbitan Jumantarayang lebih baik. Selamat membaca dan terima RedaksiviiJumantara Vol. 9 Tahun 2018Manuskrip Al-Ḥikam Edisi Teks dan Terjemahanistiqamah itu sendiri. Banyak orang mengira bahwa karamahitu bisa dianugerahkan kepada Allah bila seseorang beribadahdengan tekun. Oleh karena itu, mereka beribadah dalam rangkamengejar karamah tersebut. Padahal, sering kali Allahmemberikan karamah itu kepada mereka yang belum istiqamahdalam beribadah. larik179.Transliterasi dan Edisi TeksEdisi dan terjemahan teks AA dibuat agar varian teksdapat dibaca dan dipahami oleh khalayak pembaca aksaraIndonesia dan oleh khalayak di luar kultur pesantren. Olehkarena itu koreksi atas kekeliruan dalam teks AA sangatpenting untuk dilakukan. Koreksi dilakukan dengan caramemberikan catatan kaki sebagai penanda yang mengacu padaaparat kritik. Pada aparat kritik, catatan ditulis sebagaiinformasi tambahan bagi membuat terjemahan, penulis menggunakanmetode yang diperkenalkan oleh Rofii melalui karyanya,Dalīl fī At-Tarjamah Bimbingan Tarjamah Arab Indonesia,Vol I dan Vol II. Penulis melakukan langkah-langkahpenerjemahan yang diawali dengan pembacaan teks Arab yangakan diterjemahkan secara baik dan secara teliti berulang-ulang. Penulis mencoba mengamati ungkapan dan susunankalimatnya untuk memahami dengan jelas kandungan mengalami kesulitan dalam menangkap keutuhangagasan dalam sebuah teks, penulis memecah teks menjadibeberapa bagian dengan tetap memerhatikan konteks masing-masing bagian teks. Dalam menerjemahkan struktur kalimat,penulis menempatkan mubtada, fail, na’ibul fail, isim kana,dan isim inna pada teks Arab sebagai subjek atau pokokkalimat dalam bahasa terjemahan. Penulis juga menempatkankhabar mubtada, khabar kana, khabar inna, dan fiil dalam tesArab sebagai predikat dalam teks mengikuti varian penerjemahan kata min dalamteks Arab yang disesuaikan dengan konteksnya menurutmetode yang diperkenalkan Rofii dalam Dalīl fī At-TarjamahJumantara Vol. 9 Tahun 2018Alhafiz Kurniawanyang menjadi roh atas wujud fisik ibadah itu tidak lain adalahkeikhlasan itu sendiri. larik 9-10.Kuantitias amal ibadah tidak dihitung dari jumlah ibadahitu sendiri. Kuantitas amal ibadah dihitung dari sejauhmanaseseorang mengendalikan hati dari keinginan-keinginanduniawi. Ibadah mereka yang masih diburu oleh keinginanduniawi dinilai sedikit di sisi Allah meskipun jumlahnya secarakasatmata terbilang banyak. Sedangkan ibadah mereka yangtidak lagi menginginkan kesenangan duniawi dinilai banyakoleh Allah meskipun terlihat sedikit. larik 45.Demikian halnya dengan dosa. Menurutnya, tiada yangnamanya dosa kecil bila seseorang dihadapkan pada keadilanAllah. Tiada juga yang disebut dosa besar bila seseorangberhadapan dengan kemurahan-Nya. larik 50.Sebagian orang ditugaskan untuk gemar beribadah. Tetapisebagian lainnya dipilih oleh Allah hanya untuk mencintai-Nya. Kedua jenis orang ini mendapat bimbingan Allah sesuaidengan porsinya. larik 68.Manusia sejatinya tidak pantas untuk memohon ganjaranatas amal ibadahnya. Pilihan kesempatan untuk beribadah yangjatuh kepada mereka itu sebenarnya sudah cukup sebagaiganjaran dari Allah. Kehangatan Ilahi yang terasa oleh batinmereka itu sebenarnya sudah lebih dari cukup sebagai balasanAllah. larik 90-91.Eksistensi sebuah benda sebenarnya tidak menghalangiAllah karena sejatinya tiada apapun di samping-Nya. Yangmenutupi Allah dari pandangan seseorang adalah ilusi orangitu sendiri atas adanya sesuatu di samping-Nya. larik137.Inayat Ilahi kepada seseorang itu turun bukan lantarankeistimewaan dari orang tersebut. Inayat itu datangmenghampirinya karena semata kemurahan Allah apa artinya keistimewaan ibadah seseorangdibanding anugerah-Nya? Toh, ia juga tidak bisa beribadahtanpa bimbingan dari Allah jua. larik 169.Karamah, khariqul adat, atau kejadian luar biasa bukanprioritas utama dalam konteks kehambaan kepada kehambaan kepada Allah adalah kontinuitas atau124 130 Jumantara Vol. 9 Tahun 2018hubungan antara naskah mantra pertanian dengan naskahilmu falak/perbintangan yang digunakan untuk menghitungserta menentukan kapan dan padi jenis apa yang harusditanam, dengan cara pengolahan yang bagaimana, mantraapa yang harus dibacakan, dan kapan padi itu harusdipanen, dengan cara bagaimana padi itu dipelihara agarhasilnya memuaskan. Artikel selanjutnya ditulis oleh YudiIrawan. Ia mengungkapkan catatan-catatan sejarah dalamBabad Sepehi. Babad Sepehi berisi peristiwa di masapemerintah kolonial Inggris berkuasa di Jawa, menceritakan keterlibatan pasukan Sepoy—orang Jawaatau teks-teks Jawa sering kali menuliskan kata Sepoydengan Sepehi, Sepei, Spehi, Sepahi, atau Sipahi—dalampenyerbuan Keraton Yogya, 18 Juni-20 Juni 1812. OrangJawa mengenang peristiwa penyerbuan ini sebagai peristiwa“Geger Sepehi”.Alhafiz Kurniawan membahas naskah Al ini termasuk karya tasawuf dengan tiga bagian, yaituaforisme, sejumlah surat yang berisi nasihat untuk sahabatatau muridnya, dan munajat kepada Tuhan. Fokus kajian initerbagi menjadi dua. Pertama kajian filologis yaitumenyajikan edisi teks al-Ḥikam al-Aṭāiyyah yang telahdibersihkan dari kesalahan dan diterjemahkan sehinggakandungan dan keunikan teks salinan al-Ḥikam dapatdiketahui oleh masyarakat luas. Kedua secara etnografis,yaitu pelisanan teks al-Ḥikam yang digunakan sebagaipenyebaran nilai-nilai sufisme di masyarakat miskinperkotaan yang sangat kompleks, khususnya masyarakatindustri pelabuhan di Cilincing, Jakarta Utara. Tia RizkiSetiawati membahas Kisah dan Fir’aun dan Nabi Musapada naskah Maslaku al-Irfān Fī Sīrati Sayyidinā MūsāWa Fir’aun yang merupakan salah satu produk PesantrenGentur, Kemudian Surya Hema Malini dan DandungAdityo Argo Prasetyo membahas adanya kesalahan-kesalahan serta kandungan isi tentang deskripsi tari KarnaTandhing dalam naskah Pratèlan Bêksa Wirèng KarnaTandhing Kaliyan Janak. Setelah melalui cara kerja filologiviJumantara Vol. 9 Tahun 2018Manuskrip Al-Ḥikam Edisi Teks dan TerjemahanPenulisan VokalVokal Bahasa Arab terdiri atas vokal tunggal monoftong dan vokal rangkap diftong.Vokal tunggal Bahasa Arab ditandai dengan harakat atau tandabunyi. Bentuk alih aksaranya adalah sebagai berikutHuruf Arab Nama Huruf LatinَاَاFatḥah AِاِاKasrah IُاُاḌammah UVokal rangkap Bahasa Arab ditandai dengan gabunganantara harakat a dan huruf wāwu sukun atau huruf yā transliterasi putusan Menteri Agama dan menteriPendidikan dan Kebudayaan menyebut “ai” dan “au” dengangabungan dua huruf vokal sebagai alih aksara vokal rangkapdari Bahasa Arab. Penulis tidak sepenuhnya mengikutipedoman transliterasi putusan menteri tersebut. Penulis tidaksepakat karena putusan itu lebih mempertimbangkan bunyipada beberapa aspek. Sementara alih aksara di sinimempertimbangkan pengalihan sedekat mungkin denganaksara asal. Putusan itu menyamakan konsep vokal BahasaArab dan Bahasa Indonesia. Konsep vokal keduanya berbedasama sekali. Dua kategori vokal yang dibuat dua menteri itutidak konsisten. Bahasa Indonesia memang memiliki vokalrangkap. Tetapi Bahasa Arab tidak memiliki vokal yang dianggap vokal rangkap Bahasa Arab olehputusan tersebut bukan vokal rangkap yang dikenal dalamBahasa Indonesia, yaitu gabungan dua huruf vokal. Sesuatuyang dianggap vokal rangkap Bahasa Arab oleh putusantersebut adalah gabungan huruf vokal dan konsonan. Hal inidimaksudkan untuk tetap konsisten menjaga kerja alih alih aksara ini juga bertujuan agar pembaca aksara127Jumantara Vol. 9 Tahun 2018Alhafiz KurniawanBimbingan Tarjamah Arab Indonesia. Vol I. Penulismenerjemahkan kata min dengan “karena”, “salah seorang”,“salah satu”, “terhadap”, “antara lain”, “dari”. Rofii, [tt]105.Dalam membuat transliterasi naskah AA, penulismenggunakan prinsip alih aksara sehingga penulis sedapatmungkin menghadirkan aksara alihan baik berbentuk aksaramaupun pungtuasi. Penulis membubuhkan pungtuasi sebagaikonsekuensi pengalihan aksara Arab yang tidak terakomodasidalam aksara Latin yang dikenal dalam Bahasa menerakan prinsip-prinsip alih aksara dalam edisi teksnaskah AA pada beberapa hal berikut ini1. Teks dipisahkan antara alih aksara dan teks kiri merupakan teks alih aksara. Sisi kanan adalahterjemahan teks AA. Pemisahan dan penempatan tekssecara berdampingan dilakukan untuk memudahkanpembaca dalam melihat perbandingan Pembagian paragraf dan larik dibuat berdasarkan penandatinta warna merah pada kata pertama larik di naskah A 402dan naskah A 554; dan penanda lingkaran kecil padanaskah A Nomor di akhir kata yang tertulis dengan ukuran lebihkecil dan sedikit naik menandai aparat kritik dan informasitambahan terkait Kata berbahasa Arab dan nama sebuah karya ditulisdengan huruf miring. Nama orang ditulis dengan hurufkapital pada huruf pertama setelah partikel “al”.5. Deklinasi pada verba fiil māḍī dan fiil muḍāri, bentukjamak taksīr, dan nomina maṣdar didasarkan pada KamusArab-Indonesia Al-Munawwir karya Ahmad Warson Al-Munawwir dan Kamus Kontemporer Arab-Indonesia karyaAtabik Ali dan Ahmad Zuhdi Arab-Latin yang digunakan untuk teks AAini mengikuti pedoman alih aksara putusan Menteri Agamadan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik IndonesiaNomor 158 Tahun 1987 dan Nomor 0543 b/u/1987. 131Jumantara Vol. 9 Tahun 2018naskah ini memuat peperangan antara kesatria denganraksaksa meliputi iringan tari, gerakan tari Karna Tandhing,pola lantai, dan percakapan serta diungkapkan nilai-nilaikepahlawanan dari lakon tari Karna Tandhing. Wening Pawestri dalam artikelnya yang berjudulKritik Naskah Kodikologi atas Naskah Sejarah Ragaselamengkaji komponen fisik naskah atau kodeks yang terdiridari inventarisasi naskah, deskripsi naskah, kekerabatanantarnaskah, dan penentuan naskah edisi. SelanjutnyaSyaiful Rohman membahas nasihat-nasihat atau piwulangdalam Serat Darmasaloka. Kemudian Noor Ilmi Amalia,mengungkapkan gambaran peran ibu dalam pola asuh danpendidikan anak yang terdapat dalam naskah Wawacan BinEtam. Kemudian, Tedi Permadi membandingkan tiga surattegel tanah tahun 1903, 1906 dan 1911 yang berasal daridaerah Priangan, Jawa Barat. Terakhir, Ahmad RijalNasrullah dan Ade Kosasih membahas subtansi danmetodologi filologi sebagaimana tercakup dalam keilmuanfilologi. Dalam artikel ini, beliau juga dibahas penerapanmetode dan teori filologi pada Naskah Kumpulan Mantrayang didapatkan dari penelitian lapangan di penerbitan Jumantara edisi ini bisa memberiinformasi dan manfaat kepada pembaca, khususnyainformasi yang berkaitan dengan kajian naskah mengharapkan para pembaca untuk mengirimartikel-artikel yang berisi kajian yang bersumber darinaskah kuno Nusantara. Kami menerima kritik dan saranpenyempurna demi keberlangsungan penerbitan Jumantarayang lebih baik. Selamat membaca dan terima RedaksiviiJumantara Vol. 9 Tahun 2018Manuskrip Al-Ḥikam Edisi Teks dan TerjemahanPenulisan VokalVokal Bahasa Arab terdiri atas vokal tunggal monoftong dan vokal rangkap diftong.Vokal tunggal Bahasa Arab ditandai dengan harakat atau tandabunyi. Bentuk alih aksaranya adalah sebagai berikutHuruf Arab Nama Huruf LatinَاَاFatḥah AِاِاKasrah IُاُاḌammah UVokal rangkap Bahasa Arab ditandai dengan gabunganantara harakat a dan huruf wāwu sukun atau huruf yā transliterasi putusan Menteri Agama dan menteriPendidikan dan Kebudayaan menyebut “ai” dan “au” dengangabungan dua huruf vokal sebagai alih aksara vokal rangkapdari Bahasa Arab. Penulis tidak sepenuhnya mengikutipedoman transliterasi putusan menteri tersebut. Penulis tidaksepakat karena putusan itu lebih mempertimbangkan bunyipada beberapa aspek. Sementara alih aksara di sinimempertimbangkan pengalihan sedekat mungkin denganaksara asal. Putusan itu menyamakan konsep vokal BahasaArab dan Bahasa Indonesia. Konsep vokal keduanya berbedasama sekali. Dua kategori vokal yang dibuat dua menteri itutidak konsisten. Bahasa Indonesia memang memiliki vokalrangkap. Tetapi Bahasa Arab tidak memiliki vokal yang dianggap vokal rangkap Bahasa Arab olehputusan tersebut bukan vokal rangkap yang dikenal dalamBahasa Indonesia, yaitu gabungan dua huruf vokal. Sesuatuyang dianggap vokal rangkap Bahasa Arab oleh putusantersebut adalah gabungan huruf vokal dan konsonan. Hal inidimaksudkan untuk tetap konsisten menjaga kerja alih alih aksara ini juga bertujuan agar pembaca aksaraJumantara Vol. 9 Tahun 2018Alhafiz KurniawanBimbingan Tarjamah Arab Indonesia. Vol I. Penulismenerjemahkan kata min dengan “karena”, “salah seorang”,“salah satu”, “terhadap”, “antara lain”, “dari”. Rofii, [tt]105.Dalam membuat transliterasi naskah AA, penulismenggunakan prinsip alih aksara sehingga penulis sedapatmungkin menghadirkan aksara alihan baik berbentuk aksaramaupun pungtuasi. Penulis membubuhkan pungtuasi sebagaikonsekuensi pengalihan aksara Arab yang tidak terakomodasidalam aksara Latin yang dikenal dalam Bahasa menerakan prinsip-prinsip alih aksara dalam edisi teksnaskah AA pada beberapa hal berikut ini1. Teks dipisahkan antara alih aksara dan teks kiri merupakan teks alih aksara. Sisi kanan adalahterjemahan teks AA. Pemisahan dan penempatan tekssecara berdampingan dilakukan untuk memudahkanpembaca dalam melihat perbandingan Pembagian paragraf dan larik dibuat berdasarkan penandatinta warna merah pada kata pertama larik di naskah A 402dan naskah A 554; dan penanda lingkaran kecil padanaskah A Nomor di akhir kata yang tertulis dengan ukuran lebihkecil dan sedikit naik menandai aparat kritik dan informasitambahan terkait Kata berbahasa Arab dan nama sebuah karya ditulisdengan huruf miring. Nama orang ditulis dengan hurufkapital pada huruf pertama setelah partikel “al”.5. Deklinasi pada verba fiil māḍī dan fiil muḍāri, bentukjamak taksīr, dan nomina maṣdar didasarkan pada KamusArab-Indonesia Al-Munawwir karya Ahmad Warson Al-Munawwir dan Kamus Kontemporer Arab-Indonesia karyaAtabik Ali dan Ahmad Zuhdi Arab-Latin yang digunakan untuk teks AAini mengikuti pedoman alih aksara putusan Menteri Agamadan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik IndonesiaNomor 158 Tahun 1987 dan Nomor 0543 b/u/ 132 Jumantara Vol. 9 Tahun 2018hubungan antara naskah mantra pertanian dengan naskahilmu falak/perbintangan yang digunakan untuk menghitungserta menentukan kapan dan padi jenis apa yang harusditanam, dengan cara pengolahan yang bagaimana, mantraapa yang harus dibacakan, dan kapan padi itu harusdipanen, dengan cara bagaimana padi itu dipelihara agarhasilnya memuaskan. Artikel selanjutnya ditulis oleh YudiIrawan. Ia mengungkapkan catatan-catatan sejarah dalamBabad Sepehi. Babad Sepehi berisi peristiwa di masapemerintah kolonial Inggris berkuasa di Jawa, menceritakan keterlibatan pasukan Sepoy—orang Jawaatau teks-teks Jawa sering kali menuliskan kata Sepoydengan Sepehi, Sepei, Spehi, Sepahi, atau Sipahi—dalampenyerbuan Keraton Yogya, 18 Juni-20 Juni 1812. OrangJawa mengenang peristiwa penyerbuan ini sebagai peristiwa“Geger Sepehi”.Alhafiz Kurniawan membahas naskah Al ini termasuk karya tasawuf dengan tiga bagian, yaituaforisme, sejumlah surat yang berisi nasihat untuk sahabatatau muridnya, dan munajat kepada Tuhan. Fokus kajian initerbagi menjadi dua. Pertama kajian filologis yaitumenyajikan edisi teks al-Ḥikam al-Aṭāiyyah yang telahdibersihkan dari kesalahan dan diterjemahkan sehinggakandungan dan keunikan teks salinan al-Ḥikam dapatdiketahui oleh masyarakat luas. Kedua secara etnografis,yaitu pelisanan teks al-Ḥikam yang digunakan sebagaipenyebaran nilai-nilai sufisme di masyarakat miskinperkotaan yang sangat kompleks, khususnya masyarakatindustri pelabuhan di Cilincing, Jakarta Utara. Tia RizkiSetiawati membahas Kisah dan Fir’aun dan Nabi Musapada naskah Maslaku al-Irfān Fī Sīrati Sayyidinā MūsāWa Fir’aun yang merupakan salah satu produk PesantrenGentur, Kemudian Surya Hema Malini dan DandungAdityo Argo Prasetyo membahas adanya kesalahan-kesalahan serta kandungan isi tentang deskripsi tari KarnaTandhing dalam naskah Pratèlan Bêksa Wirèng KarnaTandhing Kaliyan Janak. Setelah melalui cara kerja filologiviJumantara Vol. 9 Tahun 2018Manuskrip Al-Ḥikam Edisi Teks dan TerjemahanSedangkan naskah lainnya yang berbahasa melayu sudahditeliti secara filologis oleh Amir Fatah pada 1997 berisi kajian tasawuf yang lebih berorientasi padaetika di hadapan Tuhan. AA banyak memberikan cara pandangyang nyentrik atau tidak lazim dalam memandang suatuperistiwa yang wujudnya beragama. Ketidaklaziman itudidasarkan pada pijakan yang tetap, yaitu kehadiran dankeridhaan Tuhan di alam nyata. AA kerap memperingatkankepentingan-kepentingan manusia di balik praktik-praktikperibadatan yang sakral. AA juga mengidentifikasiketidaktulusan manusia di balik praktik ibadah yang lazimnyadianggap suci dan tidak perlu banyak memberikan cara pandang baru bagi seseorangdalam memandang semua bentuk ibadah. AA tidakmemandang secara fanatik bentuk-bentuk perilaku memandang aneka perilaku manusia karena perbedaanilham Ilahi yang masuk ke masing-masing orang. AA padanaskah A 554 yang diteliti dalam tulisan ini menyertakankolofon yang memuat informasi penting terkait tahun ini menjadi bukti tertulis yang tertua terkait masuktarekat cukup diminati. Teks ini digunakan oleh seorangpemimpin komunitas sufisme di Cilincing, Jakarta Utara,untuk mengikat komunitasnya. Teks ini dilisankan setiapmalam oleh pemimpin komunitas dengan tujuan agar nilai-nilai sufisme dalam AA dapat dihayati secara menyimpulkan bahwa aktivitas pelisanan di hadapankhalayak memberikan tenaga pada teks AA dibandingkandibaca sunyi sendiri. Aktivitas pelisanan juga merupakanbentuk pembukaan akses terhadap teks AA yang berbahasa danberaksara Arab. Dengan pelisanan, khalayak di Cilincing yangberbasis masyarakat industri dapat mengakses nilai-nilaisufisme yang terkandung dalam AA. Pelisanan teks AAdengan intensitas yang tinggi dapat menginternalisasi nilai-nilai sufisme bagi AA jumlahnya cukup banyak. AA dicetak olehbanyak penerbit dengan berbagai macam naskah. Meskipun129Jumantara Vol. 9 Tahun 2018 yā Ay yā AwmawjūdMin mā yadulluka alā wujūd qahrihī subḥānahū anḥajabaka anhu bi mā laysa bi mawjūd maahū. aynWa aynu al-baṣīrati yusyhiduka adamaka li wujūdihī.Hasil Penelitian al-Ḥikam al-Aṭāiyyah 133Jumantara Vol. 9 Tahun 2018naskah ini memuat peperangan antara kesatria denganraksaksa meliputi iringan tari, gerakan tari Karna Tandhing,pola lantai, dan percakapan serta diungkapkan nilai-nilaikepahlawanan dari lakon tari Karna Tandhing. Wening Pawestri dalam artikelnya yang berjudulKritik Naskah Kodikologi atas Naskah Sejarah Ragaselamengkaji komponen fisik naskah atau kodeks yang terdiridari inventarisasi naskah, deskripsi naskah, kekerabatanantarnaskah, dan penentuan naskah edisi. SelanjutnyaSyaiful Rohman membahas nasihat-nasihat atau piwulangdalam Serat Darmasaloka. Kemudian Noor Ilmi Amalia,mengungkapkan gambaran peran ibu dalam pola asuh danpendidikan anak yang terdapat dalam naskah Wawacan BinEtam. Kemudian, Tedi Permadi membandingkan tiga surattegel tanah tahun 1903, 1906 dan 1911 yang berasal daridaerah Priangan, Jawa Barat. Terakhir, Ahmad RijalNasrullah dan Ade Kosasih membahas subtansi danmetodologi filologi sebagaimana tercakup dalam keilmuanfilologi. Dalam artikel ini, beliau juga dibahas penerapanmetode dan teori filologi pada Naskah Kumpulan Mantrayang didapatkan dari penelitian lapangan di penerbitan Jumantara edisi ini bisa memberiinformasi dan manfaat kepada pembaca, khususnyainformasi yang berkaitan dengan kajian naskah mengharapkan para pembaca untuk mengirimartikel-artikel yang berisi kajian yang bersumber darinaskah kuno Nusantara. Kami menerima kritik dan saranpenyempurna demi keberlangsungan penerbitan Jumantarayang lebih baik. Selamat membaca dan terima RedaksiviiJumantara Vol. 9 Tahun 2018Manuskrip Al-Ḥikam Edisi Teks dan TerjemahanSedangkan naskah lainnya yang berbahasa melayu sudahditeliti secara filologis oleh Amir Fatah pada 1997 berisi kajian tasawuf yang lebih berorientasi padaetika di hadapan Tuhan. AA banyak memberikan cara pandangyang nyentrik atau tidak lazim dalam memandang suatuperistiwa yang wujudnya beragama. Ketidaklaziman itudidasarkan pada pijakan yang tetap, yaitu kehadiran dankeridhaan Tuhan di alam nyata. AA kerap memperingatkankepentingan-kepentingan manusia di balik praktik-praktikperibadatan yang sakral. AA juga mengidentifikasiketidaktulusan manusia di balik praktik ibadah yang lazimnyadianggap suci dan tidak perlu banyak memberikan cara pandang baru bagi seseorangdalam memandang semua bentuk ibadah. AA tidakmemandang secara fanatik bentuk-bentuk perilaku memandang aneka perilaku manusia karena perbedaanilham Ilahi yang masuk ke masing-masing orang. AA padanaskah A 554 yang diteliti dalam tulisan ini menyertakankolofon yang memuat informasi penting terkait tahun ini menjadi bukti tertulis yang tertua terkait masuktarekat cukup diminati. Teks ini digunakan oleh seorangpemimpin komunitas sufisme di Cilincing, Jakarta Utara,untuk mengikat komunitasnya. Teks ini dilisankan setiapmalam oleh pemimpin komunitas dengan tujuan agar nilai-nilai sufisme dalam AA dapat dihayati secara menyimpulkan bahwa aktivitas pelisanan di hadapankhalayak memberikan tenaga pada teks AA dibandingkandibaca sunyi sendiri. Aktivitas pelisanan juga merupakanbentuk pembukaan akses terhadap teks AA yang berbahasa danberaksara Arab. Dengan pelisanan, khalayak di Cilincing yangberbasis masyarakat industri dapat mengakses nilai-nilaisufisme yang terkandung dalam AA. Pelisanan teks AAdengan intensitas yang tinggi dapat menginternalisasi nilai-nilai sufisme bagi AA jumlahnya cukup banyak. AA dicetak olehbanyak penerbit dengan berbagai macam naskah. MeskipunJumantara Vol. 9 Tahun 2018 yā Ay yā AwmawjūdMin mā yadulluka alā wujūd qahrihī subḥānahū anḥajabaka anhu bi mā laysa bi mawjūd maahū. aynWa aynu al-baṣīrati yusyhiduka adamaka li wujūdihī.Hasil Penelitian al-Ḥikam al-Aṭāiyyah 128 134 Jumantara Vol. 9 Tahun 2018hubungan antara naskah mantra pertanian dengan naskahilmu falak/perbintangan yang digunakan untuk menghitungserta menentukan kapan dan padi jenis apa yang harusditanam, dengan cara pengolahan yang bagaimana, mantraapa yang harus dibacakan, dan kapan padi itu harusdipanen, dengan cara bagaimana padi itu dipelihara agarhasilnya memuaskan. Artikel selanjutnya ditulis oleh YudiIrawan. Ia mengungkapkan catatan-catatan sejarah dalamBabad Sepehi. Babad Sepehi berisi peristiwa di masapemerintah kolonial Inggris berkuasa di Jawa, menceritakan keterlibatan pasukan Sepoy—orang Jawaatau teks-teks Jawa sering kali menuliskan kata Sepoydengan Sepehi, Sepei, Spehi, Sepahi, atau Sipahi—dalampenyerbuan Keraton Yogya, 18 Juni-20 Juni 1812. OrangJawa mengenang peristiwa penyerbuan ini sebagai peristiwa“Geger Sepehi”.Alhafiz Kurniawan membahas naskah Al ini termasuk karya tasawuf dengan tiga bagian, yaituaforisme, sejumlah surat yang berisi nasihat untuk sahabatatau muridnya, dan munajat kepada Tuhan. Fokus kajian initerbagi menjadi dua. Pertama kajian filologis yaitumenyajikan edisi teks al-Ḥikam al-Aṭāiyyah yang telahdibersihkan dari kesalahan dan diterjemahkan sehinggakandungan dan keunikan teks salinan al-Ḥikam dapatdiketahui oleh masyarakat luas. Kedua secara etnografis,yaitu pelisanan teks al-Ḥikam yang digunakan sebagaipenyebaran nilai-nilai sufisme di masyarakat miskinperkotaan yang sangat kompleks, khususnya masyarakatindustri pelabuhan di Cilincing, Jakarta Utara. Tia RizkiSetiawati membahas Kisah dan Fir’aun dan Nabi Musapada naskah Maslaku al-Irfān Fī Sīrati Sayyidinā MūsāWa Fir’aun yang merupakan salah satu produk PesantrenGentur, Kemudian Surya Hema Malini dan DandungAdityo Argo Prasetyo membahas adanya kesalahan-kesalahan serta kandungan isi tentang deskripsi tari KarnaTandhing dalam naskah Pratèlan Bêksa Wirèng KarnaTandhing Kaliyan Janak. Setelah melalui cara kerja filologiviJumantara Vol. 9 Tahun 2018Manuskrip Al-Ḥikam Edisi Teks dan TerjemahanDaftar ReferensiNaskahAthaillah, Ibnu. tt. Al-Ḥikam Al-Aṭāiyyah dengan nomorpanggil A 180. Jakarta Perpustakaan NasionalRepublik Ibnu. tt. Al-Ḥikam Al-Aṭāiyyah dengan nomorpanggil A 402. Jakarta Perpustakaan NasionalRepublik Ibnu. 1783. Al-Ḥikam Al-Aṭāiyyah wa Gairuhādengan nomor panggil A 554. Jakarta PerpustakaanNasional Republik Sapardi Joko. 2016. Alih Wahana. Ciputat Pamusuk. 1991. Catatan Kecil dari Editor dalam AkuIni Binatang Jalang karya Chairil Anwar. JakartaGramedia Pustaka Benny. 2006. Penerjemahan dan Pustaka Julia Day. 2001. Sufism and the Indonesian IslamicRevival dalam The Journal of Asian Studies 60, no Association for Asian Julia Day. 2012. Modernitas dan Spiritulitas Islamdalam Jaringan Sufi Baru di Indonesia dalamTashwirul Afkar, Jurnal Refleksi PemikiranKeagamaan dan Kebudayaan Edisi 32. Jakarta PPLakpesdam Ashim Ibrahim. 2008. Tahqiq Ihkam al-Hikam fiSyarh al-Hikam. Beirut Darul Kutub Nabilah. 2011. Sejarah Pembuatan Manuskrip Arabdan Kendala Yang Muncul dalam Teks, Naskah, danKelisanan Nusantara. Depok Yayasan Abdul Halim dan Mahmud bin Syarif. 2010.Tahqiq Hikam Ibn Athaillah. Mesir Al-Syirkah Vol. 9 Tahun 2018Alhafiz Kurniawantampaknya tidak ada perbedaan, teks cetak AA itu memilikibanyak varian baik dari segi kata maupun struktur banyak varian tersebut, teks cetak AA ini masihterbuka ruang untuk diteliti secara filologis. Penelitian filologisyang mengungkap varian-varian ini akan memperkaya danmenambah khazanah sufisme itu sendiri. 135Jumantara Vol. 9 Tahun 2018naskah ini memuat peperangan antara kesatria denganraksaksa meliputi iringan tari, gerakan tari Karna Tandhing,pola lantai, dan percakapan serta diungkapkan nilai-nilaikepahlawanan dari lakon tari Karna Tandhing. Wening Pawestri dalam artikelnya yang berjudulKritik Naskah Kodikologi atas Naskah Sejarah Ragaselamengkaji komponen fisik naskah atau kodeks yang terdiridari inventarisasi naskah, deskripsi naskah, kekerabatanantarnaskah, dan penentuan naskah edisi. SelanjutnyaSyaiful Rohman membahas nasihat-nasihat atau piwulangdalam Serat Darmasaloka. Kemudian Noor Ilmi Amalia,mengungkapkan gambaran peran ibu dalam pola asuh danpendidikan anak yang terdapat dalam naskah Wawacan BinEtam. Kemudian, Tedi Permadi membandingkan tiga surattegel tanah tahun 1903, 1906 dan 1911 yang berasal daridaerah Priangan, Jawa Barat. Terakhir, Ahmad RijalNasrullah dan Ade Kosasih membahas subtansi danmetodologi filologi sebagaimana tercakup dalam keilmuanfilologi. Dalam artikel ini, beliau juga dibahas penerapanmetode dan teori filologi pada Naskah Kumpulan Mantrayang didapatkan dari penelitian lapangan di penerbitan Jumantara edisi ini bisa memberiinformasi dan manfaat kepada pembaca, khususnyainformasi yang berkaitan dengan kajian naskah mengharapkan para pembaca untuk mengirimartikel-artikel yang berisi kajian yang bersumber darinaskah kuno Nusantara. Kami menerima kritik dan saranpenyempurna demi keberlangsungan penerbitan Jumantarayang lebih baik. Selamat membaca dan terima RedaksiviiJumantara Vol. 9 Tahun 2018Manuskrip Al-Ḥikam Edisi Teks dan TerjemahanDaftar ReferensiNaskahAthaillah, Ibnu. tt. Al-Ḥikam Al-Aṭāiyyah dengan nomorpanggil A 180. Jakarta Perpustakaan NasionalRepublik Ibnu. tt. Al-Ḥikam Al-Aṭāiyyah dengan nomorpanggil A 402. Jakarta Perpustakaan NasionalRepublik Ibnu. 1783. Al-Ḥikam Al-Aṭāiyyah wa Gairuhādengan nomor panggil A 554. Jakarta PerpustakaanNasional Republik Sapardi Joko. 2016. Alih Wahana. Ciputat Pamusuk. 1991. Catatan Kecil dari Editor dalam AkuIni Binatang Jalang karya Chairil Anwar. JakartaGramedia Pustaka Benny. 2006. Penerjemahan dan Pustaka Julia Day. 2001. Sufism and the Indonesian IslamicRevival dalam The Journal of Asian Studies 60, no Association for Asian Julia Day. 2012. Modernitas dan Spiritulitas Islamdalam Jaringan Sufi Baru di Indonesia dalamTashwirul Afkar, Jurnal Refleksi PemikiranKeagamaan dan Kebudayaan Edisi 32. Jakarta PPLakpesdam Ashim Ibrahim. 2008. Tahqiq Ihkam al-Hikam fiSyarh al-Hikam. Beirut Darul Kutub Nabilah. 2011. Sejarah Pembuatan Manuskrip Arabdan Kendala Yang Muncul dalam Teks, Naskah, danKelisanan Nusantara. Depok Yayasan Abdul Halim dan Mahmud bin Syarif. 2010.Tahqiq Hikam Ibn Athaillah. Mesir Al-Syirkah Vol. 9 Tahun 2018Alhafiz Kurniawantampaknya tidak ada perbedaan, teks cetak AA itu memilikibanyak varian baik dari segi kata maupun struktur banyak varian tersebut, teks cetak AA ini masihterbuka ruang untuk diteliti secara filologis. Penelitian filologisyang mengungkap varian-varian ini akan memperkaya danmenambah khazanah sufisme itu 136 Jumantara Vol. 9 Tahun 2018hubungan antara naskah mantra pertanian dengan naskahilmu falak/perbintangan yang digunakan untuk menghitungserta menentukan kapan dan padi jenis apa yang harusditanam, dengan cara pengolahan yang bagaimana, mantraapa yang harus dibacakan, dan kapan padi itu harusdipanen, dengan cara bagaimana padi itu dipelihara agarhasilnya memuaskan. Artikel selanjutnya ditulis oleh YudiIrawan. Ia mengungkapkan catatan-catatan sejarah dalamBabad Sepehi. Babad Sepehi berisi peristiwa di masapemerintah kolonial Inggris berkuasa di Jawa, menceritakan keterlibatan pasukan Sepoy—orang Jawaatau teks-teks Jawa sering kali menuliskan kata Sepoydengan Sepehi, Sepei, Spehi, Sepahi, atau Sipahi—dalampenyerbuan Keraton Yogya, 18 Juni-20 Juni 1812. OrangJawa mengenang peristiwa penyerbuan ini sebagai peristiwa“Geger Sepehi”.Alhafiz Kurniawan membahas naskah Al ini termasuk karya tasawuf dengan tiga bagian, yaituaforisme, sejumlah surat yang berisi nasihat untuk sahabatatau muridnya, dan munajat kepada Tuhan. Fokus kajian initerbagi menjadi dua. Pertama kajian filologis yaitumenyajikan edisi teks al-Ḥikam al-Aṭāiyyah yang telahdibersihkan dari kesalahan dan diterjemahkan sehinggakandungan dan keunikan teks salinan al-Ḥikam dapatdiketahui oleh masyarakat luas. Kedua secara etnografis,yaitu pelisanan teks al-Ḥikam yang digunakan sebagaipenyebaran nilai-nilai sufisme di masyarakat miskinperkotaan yang sangat kompleks, khususnya masyarakatindustri pelabuhan di Cilincing, Jakarta Utara. Tia RizkiSetiawati membahas Kisah dan Fir’aun dan Nabi Musapada naskah Maslaku al-Irfān Fī Sīrati Sayyidinā MūsāWa Fir’aun yang merupakan salah satu produk PesantrenGentur, Kemudian Surya Hema Malini dan DandungAdityo Argo Prasetyo membahas adanya kesalahan-kesalahan serta kandungan isi tentang deskripsi tari KarnaTandhing dalam naskah Pratèlan Bêksa Wirèng KarnaTandhing Kaliyan Janak. Setelah melalui cara kerja filologiviJumantara Vol. 9 Tahun 2018Manuskrip Al-Ḥikam Edisi Teks dan TerjemahanKamusAli, Atabik dan Ahmad Zuhdi Muhdlor. 1998. KamusKontemporer Arab-Indonesia. cetakan keempat.Yogyakarta Multi Karya Ahmad Warson. 2002 Kamus Al-MunawwirArab-Indonesia Terlengkap. edisi kedua, cetakankedua puluh lima. Yogyakarta Pustaka T. E. 1998. Katalog Induk Naskah-naskahNusantara Jilid 4 Perpustakaan Nasional RepublikIndonesia. Jakarta Yayasan Obor Indonesia-EcoleFrancaise D’Extreme Vol. 9 Tahun 2018Alhafiz KurniawanMurgiyanto, Sal. 1998. Mengenai Kajian Pertunjukan dalamMetodologi Kajian Tradisi Lisan. Jakarta YayasanObor Indonesia dan Yayasan Asosiasi Tradisi Lisan. Nawawi, Muhammad. 1896. Mishbah al-Zhulam ala Nahjal-Atamm fi Tabwib al-Hikam. Mekkah Maktabah 1935. Sambungan Zaman dalam PolemikKebudayaan. Jakarta Pustaka 1994. Prinsip-prinsip Filologi Indonesiaterjemahan oleh Kentjanawati Gunawan. Jakarta tt. Dalil fi At-Tarjamah Bimbingan Tarjamah Arab-Indonesia. Vol I. Tangsel Persada 2002. Dalil fi At-Tarjamah Bimbingan TarjamahArab-Indonesia. Vol II. Tangsel Persada Richard. 2013. Performance Studies AnIntroduction. Third Edition. New York Panuti. 1995. Filologi Melayu. Jakarta Hasan Samahi. 1997. Pengantar Edisi Teks pada al-Hikam al-Athaiyyah. Damaskus al-Mathbaah al-Fayha’.Teeuw, A. 1982. Khazanah Sastra Indonesia BeberapaMasalah Penelitian dan Penyebarluasannya. JakartaBalai A. 1983. Tergantung Pada Kata Sepuluh SajakIndonesia. Jakarta Pustaka A. 1994. Indonesia Antara Kelisanan danKeberaksaraan. Jakarta Pustaka tanpa catatan tahun Katalog Lokal Melayu. JakartaPerpustakaan Nasional Republik Spencer. 1971. The Sufi Orders in Oxford University Dzulkifli Iip. 2003. Tradisi Ngalogat di PesantrenSunda, Penemuan dan Peneguhan Identitas dalamPolitik dan Poskolonialitas di Indonesia. YogyakartaKanisius. 137Jumantara Vol. 9 Tahun 2018naskah ini memuat peperangan antara kesatria denganraksaksa meliputi iringan tari, gerakan tari Karna Tandhing,pola lantai, dan percakapan serta diungkapkan nilai-nilaikepahlawanan dari lakon tari Karna Tandhing. Wening Pawestri dalam artikelnya yang berjudulKritik Naskah Kodikologi atas Naskah Sejarah Ragaselamengkaji komponen fisik naskah atau kodeks yang terdiridari inventarisasi naskah, deskripsi naskah, kekerabatanantarnaskah, dan penentuan naskah edisi. SelanjutnyaSyaiful Rohman membahas nasihat-nasihat atau piwulangdalam Serat Darmasaloka. Kemudian Noor Ilmi Amalia,mengungkapkan gambaran peran ibu dalam pola asuh danpendidikan anak yang terdapat dalam naskah Wawacan BinEtam. Kemudian, Tedi Permadi membandingkan tiga surattegel tanah tahun 1903, 1906 dan 1911 yang berasal daridaerah Priangan, Jawa Barat. Terakhir, Ahmad RijalNasrullah dan Ade Kosasih membahas subtansi danmetodologi filologi sebagaimana tercakup dalam keilmuanfilologi. Dalam artikel ini, beliau juga dibahas penerapanmetode dan teori filologi pada Naskah Kumpulan Mantrayang didapatkan dari penelitian lapangan di penerbitan Jumantara edisi ini bisa memberiinformasi dan manfaat kepada pembaca, khususnyainformasi yang berkaitan dengan kajian naskah mengharapkan para pembaca untuk mengirimartikel-artikel yang berisi kajian yang bersumber darinaskah kuno Nusantara. Kami menerima kritik dan saranpenyempurna demi keberlangsungan penerbitan Jumantarayang lebih baik. Selamat membaca dan terima RedaksiviiJumantara Vol. 9 Tahun 2018Manuskrip Al-Ḥikam Edisi Teks dan TerjemahanKamusAli, Atabik dan Ahmad Zuhdi Muhdlor. 1998. KamusKontemporer Arab-Indonesia. cetakan keempat.Yogyakarta Multi Karya Ahmad Warson. 2002 Kamus Al-MunawwirArab-Indonesia Terlengkap. edisi kedua, cetakankedua puluh lima. Yogyakarta Pustaka T. E. 1998. Katalog Induk Naskah-naskahNusantara Jilid 4 Perpustakaan Nasional RepublikIndonesia. Jakarta Yayasan Obor Indonesia-EcoleFrancaise D’Extreme Vol. 9 Tahun 2018Alhafiz KurniawanMurgiyanto, Sal. 1998. Mengenai Kajian Pertunjukan dalamMetodologi Kajian Tradisi Lisan. Jakarta YayasanObor Indonesia dan Yayasan Asosiasi Tradisi Lisan. Nawawi, Muhammad. 1896. Mishbah al-Zhulam ala Nahjal-Atamm fi Tabwib al-Hikam. Mekkah Maktabah 1935. Sambungan Zaman dalam PolemikKebudayaan. Jakarta Pustaka 1994. Prinsip-prinsip Filologi Indonesiaterjemahan oleh Kentjanawati Gunawan. Jakarta tt. Dalil fi At-Tarjamah Bimbingan Tarjamah Arab-Indonesia. Vol I. Tangsel Persada 2002. Dalil fi At-Tarjamah Bimbingan TarjamahArab-Indonesia. Vol II. Tangsel Persada Richard. 2013. Performance Studies AnIntroduction. Third Edition. New York Panuti. 1995. Filologi Melayu. Jakarta Hasan Samahi. 1997. Pengantar Edisi Teks pada al-Hikam al-Athaiyyah. Damaskus al-Mathbaah al-Fayha’.Teeuw, A. 1982. Khazanah Sastra Indonesia BeberapaMasalah Penelitian dan Penyebarluasannya. JakartaBalai A. 1983. Tergantung Pada Kata Sepuluh SajakIndonesia. Jakarta Pustaka A. 1994. Indonesia Antara Kelisanan danKeberaksaraan. Jakarta Pustaka tanpa catatan tahun Katalog Lokal Melayu. JakartaPerpustakaan Nasional Republik Spencer. 1971. The Sufi Orders in Oxford University Dzulkifli Iip. 2003. Tradisi Ngalogat di PesantrenSunda, Penemuan dan Peneguhan Identitas dalamPolitik dan Poskolonialitas di Indonesia. Yogyakarta 138 Jumantara Vol. 9 Tahun 2018hubungan antara naskah mantra pertanian dengan naskahilmu falak/perbintangan yang digunakan untuk menghitungserta menentukan kapan dan padi jenis apa yang harusditanam, dengan cara pengolahan yang bagaimana, mantraapa yang harus dibacakan, dan kapan padi itu harusdipanen, dengan cara bagaimana padi itu dipelihara agarhasilnya memuaskan. Artikel selanjutnya ditulis oleh YudiIrawan. Ia mengungkapkan catatan-catatan sejarah dalamBabad Sepehi. Babad Sepehi berisi peristiwa di masapemerintah kolonial Inggris berkuasa di Jawa, menceritakan keterlibatan pasukan Sepoy—orang Jawaatau teks-teks Jawa sering kali menuliskan kata Sepoydengan Sepehi, Sepei, Spehi, Sepahi, atau Sipahi—dalampenyerbuan Keraton Yogya, 18 Juni-20 Juni 1812. OrangJawa mengenang peristiwa penyerbuan ini sebagai peristiwa“Geger Sepehi”.Alhafiz Kurniawan membahas naskah Al ini termasuk karya tasawuf dengan tiga bagian, yaituaforisme, sejumlah surat yang berisi nasihat untuk sahabatatau muridnya, dan munajat kepada Tuhan. Fokus kajian initerbagi menjadi dua. Pertama kajian filologis yaitumenyajikan edisi teks al-Ḥikam al-Aṭāiyyah yang telahdibersihkan dari kesalahan dan diterjemahkan sehinggakandungan dan keunikan teks salinan al-Ḥikam dapatdiketahui oleh masyarakat luas. Kedua secara etnografis,yaitu pelisanan teks al-Ḥikam yang digunakan sebagaipenyebaran nilai-nilai sufisme di masyarakat miskinperkotaan yang sangat kompleks, khususnya masyarakatindustri pelabuhan di Cilincing, Jakarta Utara. Tia RizkiSetiawati membahas Kisah dan Fir’aun dan Nabi Musapada naskah Maslaku al-Irfān Fī Sīrati Sayyidinā MūsāWa Fir’aun yang merupakan salah satu produk PesantrenGentur, Kemudian Surya Hema Malini dan DandungAdityo Argo Prasetyo membahas adanya kesalahan-kesalahan serta kandungan isi tentang deskripsi tari KarnaTandhing dalam naskah Pratèlan Bêksa Wirèng KarnaTandhing Kaliyan Janak. Setelah melalui cara kerja filologiviTia R izki Setiaw ati, D r. Titin N u rh ayati M a’m un , M S , D r . H a z b i n iKisah Fir’aun d an N abi M usa pad a N askahM aslaku Al-Irfān Fī Sīrati Sayyid in ā M ū sā W afir’aw n E d isi T e k s dan K ajian R esepsiAbstrakPesantren sebagai lembaga pendidikan formal telahbanyak mewarnai bentuk-bentuk tradisi yang bersendikankeislaman di Tatar Sunda sejak sekitar abad ke tujuh belasdan delapan belas Masehi Darsa, 201571. Salah satuproduk dari pesantren adalah naskah-naskah keislamanyang ditulis dengan aksara Pegon. Salah satu pesantren diTatar Sunda yang terkenal dengan karya-karyanya, yakniPesantren Gentur, Desa Jambudipa, KecamatanWarungkondang, Cianjur. Naskah Maslaku al-Irfān FīSīrati Sayyidinā Mūsā Wa Fir’aun merupakan salah satuproduk pesantren tersebut yang hendak penulis jadikansebagai objek penelitian. Adanya perbedaan isi antara kisahyang terdapat pada naskah MI dengan Al-Qur’an, salahsatunya yakni seperti yang kita ketahui pada Al-Qur’ankisah Nabi Musa dengan Fir’aun tidak diceritakan dariawal, seperti asal-usul Fir’aun, sedangkan pada naskah MIawal mula kisahan menceritakan asal-usul Fir’aun, yakniterlahir dari pasangan suami istri yang tidak mensyukuri apayang telah Allah beri, mereka iri terhadap pada Al-Qur’an pun dijelaskan bahwa Fir’aun itubukan hanya satu orang melainkan sebuah gelar raja,sedangkan pada naskah MI Fir’aun hanya satu orang danmerupakan sebuah nama bukan gelar. Perbedaan tersebutmenunjukan persepsi si penulis atau penyalin naskah MIyang bersuku Sunda terhadap isi dari Al-Qur’an. Penulis ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication. Julia HowellLike other parts of the muslim world, Indonesia has experienced an Islamic revival since the 1970s cf. Hefner 1997; Jones 1980; Liddle 1996, 622–25; Muzaffar 1986; Schwarz 1994, 173–76; Tessler and Jesse 1996. To date, representations of Indonesia's Islamic revival have featured forms of religious practice and political activity concerned with what in the Sufi tradition is called the “outer” lahir expression of Islam support for and observance of religious law I. syariah , A. syari'at , including the practice of obligatory rituals. Thus commonly mentioned as evidence of a revival in Indonesia are such things as the growing numbers of mosques and prayer houses, the increasing popularity of head coverings kerudung, jilbab among Muslim women and school girls, the increasing usage of Islamic greetings, the more common sight of Muslims excusing themselves for daily prayers and attending services at their workplaces, the appearance of new forms of Islamic student activity on university campuses, strong popular agitation against government actions seen as prejudicial to the Muslim community, and the establishment in 1991 of an Islamic Al-Aṭāiyyah dengan nomor panggil A 402Ibnu AthaillahAthaillah, Ibnu. tt. Al-Ḥikam Al-Aṭāiyyah dengan nomor panggil A 402. Jakarta Perpustakaan Nasional Republik Al-Aṭāiyyah wa Gairuhā dengan nomor panggil A 554Ibnu AthaillahAthaillah, Ibnu. 1783. Al-Ḥikam Al-Aṭāiyyah wa Gairuhā dengan nomor panggil A 554. Jakarta Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Buku Damono, Sapardi Joko. 2016. Alih Wahana. Ciputat dan KebudayaanBenny HoedHoed, Benny. 2006. Penerjemahan dan Kebudayaan. Jakarta Pustaka dan Spiritulitas Islam dalamJulia HowellDayHowell, Julia Day. 2012. Modernitas dan Spiritulitas Islam dalam Jaringan Sufi Baru di Indonesia dalam Tashwirul Afkar, Jurnal Refleksi Pemikiran Keagamaan dan Kebudayaan Edisi 32. Jakarta PP Lakpesdam Pembuatan Manuskrip Arab dan Kendala Yang Muncul dalam TeksNabilah LubisLubis, Nabilah. 2011. Sejarah Pembuatan Manuskrip Arab dan Kendala Yang Muncul dalam Teks, Naskah, dan Kelisanan Nusantara. Depok Yayasan Pernaskahan Kajian Pertunjukan dalam Metodologi Kajian Tradisi LisanSal MurgiyantoMurgiyanto, Sal. 1998. Mengenai Kajian Pertunjukan dalam Metodologi Kajian Tradisi Lisan. Jakarta Yayasan Obor Indonesia dan Yayasan Asosiasi Tradisi Zaman dalam Polemik KebudayaanPurbacarakaPurbacaraka. 1935. Sambungan Zaman dalam Polemik Kebudayaan. Jakarta Pustaka Jaya.PARetCc.